Untuk seseorang lelaki, kekeliruan paling utama yang kerap dilakukan yaitu mengidamkan seseorang istri shalihah, berparas cantik, berpenampilan menarik, datang dari keturunan baik-baik dengan harta kekayaan selangit.
Demikian juga untuk seseorang wanita, tentu yang didambakan untuk jadi pasangan hidupnya yaitu lelaki yang shalih, berparas tampan, miliki pekerjaan yang mapan, berlaku penuh tanggung jawab serta dapat menundukkan pandangan pada wanita lain di luaran.
Wajar serta manusiawi memang.
Walau demikian bila fakta berkata demikian sebaliknya lalu kita depresi berat lantaran rasa kecewa yang mencapai puncak, ini telah jadi hal serius yang perlu selekasnya diakukan. Terlebih bila ekspetasi tinggi yg tidak berwujud nyata ini pada akhirnya menyebabkan perceraian.
Misalnya lelaki yang saat ini jadi pasangan hidup kita nyatanya yaitu suami yang hobynya tidur sampai larut malam hingga larut malam. Jangankan shalat, sadar kalau saat shalat sudah melalui juga rasa-rasanya tak. Ia juga suka nongkrong berbarengan beberapa rekannya daripada giat bekerja. Bau tubuhnya menyengat lantaran terkecuali malas mandi, ia juga pecandu rokok yang cukup berat. Sesaat saat tidur, dengkurannya seringkali mengganggu serta bangunkan kita di dalam malam.
Lalu mengenai kebersihan tempat tinggal, jangankan menolong membereskan tempat tinggal malah ia jadi memberi seisi tempat tinggal jadi berantakan dengan beragam barang yg tidak terang manfaatnya. Belum lagi kesukaannya yang kerap lupa menempatkan suatu hal. Ia juga kerap meledak geram cuma lantaran kekeliruan kecil yang kita kerjakan.
Sungguh menjengkelkan, bukan?
Demikian juga dengan istri yang saat ini temani hari-hari kita sebagai suami di mana sang istri tidak pernah berdandan untuk seseorang imam keluarga. Pakaian yang dipakainya nyaris jadi pusat percampuran pada bau apek dengan bau keringat.
Rambutnya yang panjang, tidak sering ia sisir serta keramasi sampai terlihat gimbal tidak karuan. Ditambah lagi kentutnya
justify;"> demikian kencang serta tidak perduli kita ada di sisinya. Demikian juga langkahnya bicara yang laksana mobil tanpa ada rem.
Kewajibannya sebagai ibu rumah-tangga dilewatkannya demikian saja lantaran ia tidak pintar menjaga rumah. Lantai yang kotor ia biarlah menebal lantaran jarangnya aktivitas menyapu serta mengepel. Dapur yang harusnya jadi satu istana untuk seseorang istri seolah seperti kapal pecah tiap-tiap ia habis memasak. Diluar itu ia juga pencemburu buta yang bikin kita terasa tak nyaman.
Hobynya yang suka belanja ia biarlah mengakar tanpa ada pernah lihat keadaan keuangan kita yang usaha keras untuk memenuhi keperluan dasar. Bila berlangsung persoalan, lemparan piring serta gelas juga jadi peluap emosinya yang meledak-ledak.
Satu hari dua hari, satu minggu dua minggu mungkin saja kita masihlah dapat coba bersabar. Tetapi bila karakter buruk pasangan tidak kunjung beralih, makin lama bakal mengikis ketebalan kesabaran sampai setipis-tipisnya. Bila telah seperti itu, keutuhan mahligai rumah tangga kita mulai dipertaruhkan.
Kepemimpinan kita sebagai seseorang suami akan mulai diuji. Demikian juga ketaatan kita sebagai seseorang istri dituntut pembuktiannya.
Dalam keadaan itu, setan makin berkerumun serta bergembira dan membisikkan anjuran supaya tambah baik bercerai saja pada kita serta pasangan. Naudzubillah!
Bila ini berlangsung, ingatlah baik-baik firman Allah Ta’ala di bawah ini :
“Dan bergaullah dengan mereka dengan cara pantas. Lalu apabila anda tak suka pada mereka, (jadi bersabarlah) lantaran mungkin saja anda tak suka pada suatu hal, walau sebenarnya Allah jadikan kepadanya kebaikan yang banyak. ” (QS. An Nisa : 19)
Ingatlah juga sabda Rasulullah SAW tersebut :
“Tidaklah seseorang hamba berikan maaf, terkecuali Allah Ta’ala berikan kemuliaan baginya. Serta tidaklah seorang berlaku tawadhu’ (rendah hati) lantaran Allah Ta’ala, terkecuali Dia bakal meninggikan derajatnya. ” (HR. Muslim)
Jadi bersabarlah serta pertebal kesabaran kita baik sebagai seseorang suami ataupun seseorang istri lantaran pahala memaafkan kekeliruan pasangan sangat besar baik dalam pandangan Allah ataupun dalam pandangan manusia.
Maafkanlah kesalahan demi kesalahannya lantaran dibalik kesalahannya yg tidak kita sukai, mungkin saja malah Allah jadikan kebaikan yang banyak kepadanya.
Ingatlah!!!
Memberi maaf bukanlah bermakna merendahkan derajat,
Memberi maaf bukanlah juga perlambang kekurangan,
Tetapi memberi maaf malah akan memberi kemuliaan kita