Hadits Qudsi (Hadits Rabbani atau Ilahi)


Hadits Qudsi (Hadits Rabbani atau Ilahi)

Istilah “hadis qudsi” terdiri dari dua kata: “hadis” dan “qudsi”.

    • Hadis” artinya ‘perkataan, perbuatan, atau persetujuan seseorang’,
    • Sedangkan “qudsi”, secara bahasa, artinya ‘suci’, yang selanjutnya digunakan untuk menyebut istilah yang dinisbahkan kepada Allah ta’ala.

Secara istilah, hadis qudsi adalah hadis yang diriwayatkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dari Rabbnya (Allah).

Hadis qudsi juga sering diistilahkan dengan “hadis rabbani” atau “hadis ilahi”[1]. Sedangkan hadis yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, yang bukan dalam bentuk riwayat dari Allah, disebut “hadis nabawi”.

Contoh hadis qudsi
Sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, yang beliau riwayatkan dari Rabbnya, bahwa Allah Subhanhu Wa Ta'ala berfirman,

أَناَ عِندَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَ أَناَ مَعَهُ حِينَ يَذْكُرُنيِ، فَإِن ذَكَرَني فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَأِ خَيرٍ مِنهُمْ

“Aku sesuai anggapan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Jika dia mengingat-Ku sendiri maka Aku akan mengingatnya pada diri-Ku, namun jika dia mengingat-Ku di sekelompok orang maka Aku akan menyebut-nyebut namanya di kelompok makhluk yang lebih baik.”[2]

Bentuk-Bentuk Periwayatan Hadits Qudsi

Ada dua bentuk periwayatan hadits qudsi :

Pertama, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Seperti yang diriwayatkannya dari Allah ‘azza wa jalla”.

Contohnya : Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya dari Abu Dzarradliyallaahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam seperti yang diriwayatkan dari Allah, bahwasannya Allah Subhanhu Wa Ta'ala berfirman:

“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan dhalim pada diri-Ku dan Aku haramkan pula untuk kalian. Maka janganlah kamu saling menganiaya di antara kalian”.

Kedua, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Allah Subhanhu Wa Ta'ala berfirman….”.

Contohnya : Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Allah ta’ala berfirman : Aku selalu dalam persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku bersama-Nya bila dia mengingat-Ku. Maka jika dia mengingat-Ku niscaya Aku mengingatnya”.

Antara Alquran, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi

    Alquran: lafal dan maknanya dinisbahkan kepada Allah Subhanhu Wa Ta'ala.
    Hadis nabawi: lafal dan maknanya dinisbahkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
    Hadis qudsi: maknanya dinisbahkan kepada Allah sedangkan lafalnya dinisbahkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Perbedaan Alquran dan hadis qudsi
Perbedaan Alquran dan hadis qudsi adalah sebagai berikut[3]:
Al-Qur’an:

    Lafal dan maknanya dinisbahkan kepada Allah
    Telah bernilai ibadah meski semata-mata dibaca
    Disyariatkan untuk dibaca ketika shalat
    Menjadi mukjizat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Karena itu, tidak ada seorang pun yang bisa membuat kitab seperti Alquran
    Dinukil secara mutawatir
    Pasti sahih dan benar

Hadits Qudsi :

    Maknanya dinisbahkan kepada Allah, sedangkan lafalnya dinisbahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam

    Tidak bernilai ibadah jika semata-mata dibaca. Membaca hadis qudsi bernilai ibadah jika bertujuan untuk mempelajarinya

    Tidak boleh dibaca ketika salat
    Tidak termasuk mukjizat. Karena itu, banyak orang yang membuat hadis qudsi palsu
    Ada yang dinukil dengan tidak mutawatir
    Ada yang sahih dan ada yang lemah

Perbedaan Al-Quran, Hadita Qudsi, dan Hadits Nabawi

Setelah kita mengetahui masing-masing dari definisi al-Quran, Hadits Qudsi, dan Hadits Nabawi, maka ada baiknya kita juga membahas tentang perbedaan ketiga hal tersebut. Perbedaan antara al-Quran dengan Hadits Qudsi dapat dibaca disini
[1] Mushthalah Hadits Ibnu Al-Utsaimin, hlm. 11
[2] HR. Al-Bukhari, no. 7405 dan Muslim, no. 2675
[3] Mushthalah Hadits Ibnu Al-Utsaimin, hlm. 11–12

BAGIKAN KE ORANG TERDEKAT ANDA
ONE SHARE ONE CARE

Sekilas tentang penulis : Aksara Tanpa makna

Dakwah Islam, Kebenaran Islam, Islam Toleran