Hadits Ali dan Hadits Nazil

Hadits Ali dan Hadits Nazil

Hadits Ali
Secara etimologi ali isim fail dari kata اعلوُ yang artinya, (علا, يعلو,علو) yang berarti tinggi, luhur, mengungguli, menutupi. Sedangkan menurut terminology banyak perbedaan dikalangan ulama, tapi pada intinya sama seperti yang dikemukakan oleh Hafizh Haram Al Maudi dalam kitab mustholah hadits :

العالى ما قالت رجاله بالسبة الى السند احرير بذلك الحديث

“Hadits ali adalah hadits yang jumlah rawinya dalam sanad itu sedikit, dibandingkan dengan jumlah rawi yang ada pada sanad lain yang menyebut hadits yang lain.”[1]

Dan menurut Fathurrohman mengemukakan bahwa hadits ali adalah hadits dimana rawi-rawinya dalam reretif sedikit dan masih banyak pengertian yang dikemukakan oleh para ulama. Tapi pada intinya bahwa hadits ali adalah hadits yang diriwayatkan yang dimana rawinya sangat sedikit dan itu yang bisa penulis simpulkan

Contoh Hadits ali

من كان يؤمن بالله واليوم الاخر فليقل خيرا أو ليصمت. ومن كان يؤمن بالله واليوم الاخر فليكرم جاره. ومن كان يؤمن بالله واليوم الاخر فليكرم ضيفه.

"Siapa yang beriman kepada allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau berdiam diri; Siapa yang beriman kepada allah dan hari akhir, hendaklah memuliakan tetangganya; dan Siapa yang beriman kepada allah dan hari akhir, hendaklah memuliakan tamunya."

Hadits dari bukhary yang bersanad Qutaibah bin Sa'id, Abul-Akhwash, Abu Hashin, Abu Shalih dan abu hurairah (5 orang) adalah hadits 'aly, karena sanadnya lebih sedikit.

Macam-macam hadits 'Ali

Hadits 'ali itu ada 5 macam, yakni :

1. 'Aly mutlak, yaitu hadits yang lebih dekat para perawinya dalam sanad dengan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam karena lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan sanad lain pada hadits yang sama. 'Aly mutlak ini yang paling tinggi diantara macam-macam 'aly apabila ia memiliki sanad yang shahih[2].

2. 'Aly-Nisby, yaitu bila ukuran dekatnya (karena rawinya sedikit jumlahnya) itu bukan kepada Nabi, tetapi kepada imam-imam hadits yang mempunyai sifat-sifat tinggi mengenai kehafalannya, kedlabithannya, kemasyhurannya dan lain sebagainya. Seperti Ibnu Juraij, Az-Zuhry, Syu'bah, Malik, Asy-Syafi'I, Al-Bukhary, Muslim dan lain sebagainya, walaupun kadang-kadang sanad antara imam-imam tersebut dengan Nabi, banyak jumlahnya. Misalnya :

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ان من اعظم الفرى ان يدعى الرجل الى غير ابيه اويرى عينه مالم تراو يقول على رسول الله صلى الله عليه وسلم مالم يقل.

"Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.bersabda : "Sebesar-besar" dusta ialah mendakwakan ayah kepada yang bukan ayahnya, memperlihat-lihatkan apa yang tidak dilihat oleh matanya atau mengatakan atas nama Rasulullah apa yang tidak beliau katakan".

3. 'Aly-Tanzil. Yakni bila ukuran dekatnya itu dinisbatkan kepada suatu kitab dari kitab-kitab yang mu'tamad. Seperti kedua kitab shahih bukhary dan muslim, kitab-kitab sunan dan kitab musnad imam ahmad.[3]

'Aly Tanzil ini ada 4 macam yaitu :

    Muwafaqah, yaitu jika melalui sanad syaikh (guru) salah seorang penghimpun hadits ke dalam kitab hadits lebih dekat atau lebih sedikit daripada melalui sanad penghimpun tersebut. Misalnya kata Ibnu hajar sebagaimana yang dikutip oleh Ajaj al-Khatib dan Ath-Thabah, bahwa sanad sebuah hadits yang diriwayatkan al-Bukhary dari Qutaibah dari Malik, jarak antara kita dan Qutaibah sebanyak 8 orang. Sedangkan sanad hadits yang sama melalui Abu Al-Abbas As-Siraj dari Qutaibah antara kita dan Qutaibah terdapat 7 orang. Berarti terjadi adanya kecocokan (muwafaqoh) bagi kita dengan al-Bukhari pada syaikhnya dan sanad kita lebih sedikit ('aly).

    Badal, yaitu jika melalui sanad syaikhnya syaikh (gurunya guru) salah seorang penghimpun kitab hadits lebih dekat atau lebih sedikit daripada melalui sanad penghimpun tersebut. Contohnya seperti isnad al-Bukhary di atas dengan melalui isnad dari al-Qa'nabi sebagai pengganti (badal) dari Qutaibah. Al-Qa'nabi adalah syaikhnya syaih al-Bukhari.

    Musawah, yaitu adanya persamaan jumlah isnad dari seorang perawi sampai akhir dengan isnad salah seorang penghimpun ke dalam buku hadits. Misalnya seperti kata ibnu hajar, jika An-Nasa'I meriwayatkan sebuah hadits dari Nabi Saw jarak antara keduanya sebanyak 11 orang, sementara hadits yang sama melalui sanad lain antara kita dan nabi juga 11 orang, berarti adanya persamaan (Musawah) jumlah bilangan periwayat antara kita dan an-Nasa'i.

    Mushafahah, yaitu persamaan jumlah para perawi dalam sanad dari seorang perawi sampai akhir dengan isnad murid salah seorang penghimpun kitab hadits. Dinamakan mushafahah karena pada umumnya kedua belah pihak antara perawi sebuah hadits dengan murid salah seorang penghimpun hadits tersebut berjabat tangan.[4]

4. 'Aly bitaqdimi'l-wafat. Misalnya suatu hadits yang diriwayatkan dari dua orang, dari al-Baihaqy dari al-Hakim adalah lenih tinggi daripada hadits yang diriwayatkan dari tiga orang, dari Abu bakar bin khalaf dari al-Hakim. Karena al-Baihaqy lebih dahulu meninggal daripada Abu bakar bin khalaf.

5. 'Aly bitaqdimis-sama'. Misalnya suatu hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang lebih dulu mendengarnya dari seorang guru adalah lebih 'aly daripada hadits yang diriwayatkan oleh kawannya yang mendengar kemudian dari guru tersebut.[5]

Hadits Nazil

Hadis Nazil adalah hadis yang jumlah rawi dan sanadnya banyak. Pembagian hadis nazil ada lima. Untuk mengetahuinya, cukup memahami kebalikan pembagian hadis ‘Aly. Aly Mutlaq melawan Nazil mutlaq.

Contoh sebuah hadis yang diriwayatkan oleh imam Muslim dan Imam Al-Bukhari dengan sanad berbeda. Berikut perbandingannya;

Sanad muslim adalah Harmalah bin Yahya, Ibnu Wahb, Yunus, Ibnu Syihab, Abu Salamah dan Abu Hurairoh (6 orang) adalah hadis nazil. Sedangkan riwayat Bukhari bersanad Quthaibah bin Sa’id, Abul Akhwash, Abu Hasin, Abu Shalih, dan Abu Hurairoh (5 orang) adalah hadis ‘Aly karena sanadnya lebih sedikit. [6]

[1] Fadlil Sail, Ilmu Mustholah hadits. (Surabaya : Al Hidayah, 1999), hal. 38
[2] H.Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, (Jakarta : AMZAH, 2008), hal. 243
[3] Fahturohman.ikthisarur mustholaul hadits.
[4] H.Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, (Jakarta : AMZAH, 2008), hal. 243
[5] H. Fadlil sa’id An-Nadwi, ilmu mustholah hadis.(Surabaya.Al-hidayah:1999) hal 39
[6] http://aljurem.wordpress.com/2012/05/05/fungsi-hadits-terhadap-al-quran/

BAGIKAN KE ORANG TERDEKAT ANDA
ONE SHARE ONE CARE

Sekilas tentang penulis : Aksara Tanpa makna

Dakwah Islam, Kebenaran Islam, Islam Toleran