Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati dengan al-Haqq dan dengan ash-Shabr. (QS. 103:2-3)
Amal baik dan amal shalih berbeda. Sebuah amal yang baik belum tentu shalih. Karena baik itu berdasarkan penilaian manusia, sedangkan shalih itu berdasarkan pandangan Allah.
Apabila manusia itu hanya dapat melakukan penilaian terhadap hal yang tampak (dzahir), sedangkan Allah tidak. Dia mampu menembus sampai guratan hati yang paling halus. Sebuah amal yang tampaknya demikian indah dan besar dalam penilaian manusia, namun belum tentu demikian dalam pandangan Allah.
Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: "Sesungguhnya hamba itu beramal dengan amalan yang baik. Maka naiklah para malaikat dengan membawa halaman-halaman amal yang dicapkan (suhufin mukhtamah). Lalu diletakkan di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Maka Allah berfirman: "Campakkanlah halaman amal ini! Karena tidak dikehendaki akan wajahKu dengan apa yang didalamnya". Kemudian Ia memanggil para malaikat: "Tuliskanlah bagi orang itu demikian-demikian! Tuliskanlah baginya demikian-demikian! Para malaikat itu menjawab: "Wahai Tuhan kami! Bahwa orang itu tiada berbuat akan sesuatu yang demikian". Maka Allah Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: "Bahwa ia meniatkan yang demikian". (HR Ad-Daraquthni dari Anas, dengan isnad baik)
Keshalihan sebuah amal, melingkupi semua fase proses. Sejak proses niat, proses merencanakan dan memikirkannya, sampai proses meng-aktualkannya. Ketika salah satu fase rusak, maka dapat merusak keseluruhan proses.
Orang-orang dzahiri, yaitu orang-orang yang hanya melakukan penilaian terhadap hal yang tampak saja, tidak akan perduli terhadap proses niat dan perencanaan. Dia hanya berpikir bagaimana amalnya dikemas bagus dalam pandangan manusia. Hal ini menyebabkan amalnya bukan lagi untuk Allah tetapi untuk manusia. Penyakit-penyakit riya (pamer), ujub (bangga diri), sum'ah (ingin dipuji), akan tumbuh subur dan berbunga.
Karena itulah salah satu ciri-ciri orang yang bertaubat adalah ia akan memperhatikan yang tidak nampak (niat dan merencanakan) sebagaimana ia memperhatikan yang dzahir. Karena mereka berpikir untuk shalih, bukan sekedar baik.
Amal-amal shalih inilah yang akan menyebabkan segala kesalahan-kesalahannya dihapus oleh Allah dan digantikan dengan kebaikan.
Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. (QS. 29:7)
Amal-amal shalih inilah yang akan menyebabkan Allah, memberi petunjuk langsung kepada hatinya, dan menuntunnya menjadi salah satu dari golongan orang yang berada di Shiraath al Mustaqiim, yaitu Ash-Shalihiin.
Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(-Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS.4:69)
Sumber : Renungan Qalb