Bismillah,Sedikit Tentang KH Amilin Abdul Jabar
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Seiring dengan pertanyaan saya mengenai amanah2 KH Mama Amilin Abdul Jabar, sedikit informasi sebelumnya akan sy sharing di forum ini.
Setau saya, beliau Mama Sepuh KH Amilin lahir sekitar 1800 an, meninggal sekitar tahun 1962 dan dimakamkan di daerah Dayeuh Kolot Bandung dan bergelar Abdul Jabar diketahui sebagai salah satu guru supranatural presiden pertama Indonesia Bapak Ir. Soekarno. Beliau yg memprakarsai lahirnya falsafah negara Indonesia - Pancasila. Salahsatunya lambang Burung Garuda ini memiliki 17 sayap yg memiliki arti adalah "Hal yg lebih tajam dari Pedang Sayidina Ali RA adalah ahlak/perilaku yg mulia" (arti yg diambil dari tulisan arab yg membentuk sayap burung garuda).
Sungguh mulia bagian arti dari burung garuda ini. Dahulu dari sejarah nabi,Ahlak mulia memang hubungannya dengan Ahlak Nabi Muhammad SAW yg sungguh mulia. Bisa dihubungkan dengan kedua kalimah syahadat yg mengutamakan Ahlak yg baek. (segitu dulu ya)
Seiring dengan pertanyaan saya mengenai amanah2 KH Mama Amilin Abdul Jabar, sedikit informasi sebelumnya akan sy sharing di forum ini.
Setau saya, beliau Mama Sepuh KH Amilin lahir sekitar 1800 an, meninggal sekitar tahun 1962 dan dimakamkan di daerah Dayeuh Kolot Bandung dan bergelar Abdul Jabar diketahui sebagai salah satu guru supranatural presiden pertama Indonesia Bapak Ir. Soekarno. Beliau yg memprakarsai lahirnya falsafah negara
Sungguh mulia bagian arti dari burung garuda ini. Dahulu dari sejarah nabi,Ahlak mulia memang hubungannya dengan Ahlak Nabi Muhammad SAW yg sungguh mulia. Bisa dihubungkan dengan kedua kalimah syahadat yg mengutamakan Ahlak yg baek. (segitu dulu ya)
Ajaran Mama Amilin dan Melebu
Setelah sekian lama tidak menuliskan sebuah postingan di thread, saya merasa tertarik dari pertanyaan seorang teman, "apakah mempelajari dan mengamalkan ajaran Mama Amilin hanya sekadar untuk melebu?", pertanyaan yang luar biasa, mengapa dikatakan luar biasa? karena hal tersebut membuat saya jadi berpikir keras untuk dapat memahaminya dan mengetahui jawaban yang pas dan pantas untuk pertanyaan tersebut. Berikut ialah tulisan yang dipost untuk menanggapi pertanyaan tersebut:
Di kersakeun Melebu atawa henteu, eta mah sanes karep urang, Eta mah teu beunang dihayang-hayang atawa diembung-embung. Ku kersana nu kagungan bae dikersakeun melebu atanapi henteuna mah. Mama kantos nyaurkeun kieu, "Kanggo nu teu dikersakeun melebu teu kedah alit manah, da biasana nu teu dikersakeun mah di ajar kana katerangan(red:Al Qur'an) teh leuwih apik tur soson-soson"
(endone-maneh:)
Dikehendaki melebu atau tidak, itu mah bukan kehendak kita, itu mah tidak dapat diminta atau tidak dapat ditolak, oleh kehendak Yang Maha Memiliki saja dikehendaki melebu atau tidaknya mah. Mama pernah berkata begini "Untuk yang tidak bisa melebu tidak usah berkecil hati, biasanya yang ditidak bisakan mah, belajar Keterangan(red:Al Qur'an) itu lebih apik dan sungguh-sungguh"
Kalimat ajaran Mama Amilin dari pertanyaan di atas tidak luput dari pemikiran, istilah Ajaran Mama Amilin memang timbul baru-baru ini, atau mungkin udah lama, namun yang saya ketahui, istilah itu kurang pas, karena yang mama Amilin sendiri pelajari dan amalkan adalah Ajaran Al Qur'an. Jadi kalo kita mengatakan ini adalah Ajaran Mama Amilin atau Ajaran Mama Amilin Abdul Jabbar, rasanya gimana gituh....??? Sepertinya Ada lagi ajaran baru selain AlQur'an. Padahal Setelah AlQur'an teh Tidak ada lagi yang dapat menggantikannya.
Diposkan oleh hi di 11:13
Label: Abdul Jabbar, Al Qur'an, Bismillah, Kegagahan, Mama Amilin, Tauhid
04 Januari 2010
Gelar Abdul Jabbar
Dari tulisan yang saya baca pada sebuah thread membuat tertarik untuk menuangkan apa-apa yang didapat. Salah satunya seperti yang dikutip di bawah ini.
Abdul jabbar adalah hamba allah yg gagah perkasa...
kita-kita disini juga termasuk abdul jabbar....
kita-kita disini juga termasuk abdul jabbar....
Kalo boleh bertanya, kata "kita-kita" pada kalimat di atas maksudnya bagaimana, apakah saya dan anda dan semua orang, atau bagaimana?(pertanyaan ini perlu sekali dipertanyakan untuk mempermudah memahami kalimat selanjutnya)
Diasumsikan saja bahwa kata "kita-kita" pada kalimat di atas maksudnya adalah saya dan anda dan semua orang.
Jika kita merujuk kalimah "Lahaola Walaquwata ilabillahi aliyul adzim"(mohon maaf jika salah nulis transliterasinya), Tidak ada daya dan kekuatan milik saya yang menyertai saya, hanya lah daya dan kekuatan milik Allah lah yang menyertai saya.
Dari ayat tersebut di atas, bisa di ambil petikan, bahwa
- tidak ada daya dan kekuatan selain milik Allah
- saya(atau siapapun atau kita-kita) sangatlah tidak berdaya dan berkekuatan tanpa daya dan kekuatan milik Allah
Pembuktian bahwa kita tidak berdaya dan berkekuatan, jangankan untuk menumbuhkan badan untuk bisa tinggi dan besar, satu helai rambutpun, kita tidak pernah tahu, bagaimana proses membuatnya ataupun menghitamkannya ataupun memutihkannya, yang kita tahu hanyalah pada waktunya kita menghampiri tukang cukur untuk memotong rambut atau mendatangi salon untuk menyemir rambut. atau, pernahkah kita menyadari bahwa sesungguhnya kita ini dilayani 100% oleh kekuasaan Allah?
Ambil contoh saja saya(karena saya yang mengalaminya, kalo orang lain bukan saya yang mengalaminya), Ketika makan saja, saya dibantu oleh sendok, dan sendok diangkat oleh tangan lalu memasukan makanan yang berada disedok ke dalam mulut, lalu dikunyah di dalam mulut oleh gigi dan ditelan melalui tenggorokan, sampai proses itu saja banyak sekali yang melayani saya, seperti sendok, tangan, mulut, gigi, tenggorokan, kunyahan(gerakan di mulut), gerakan pada tangan. lebih jauh dari itu jika flashback, saya tidak perlu berabe membuat sendok, saya hanya tinggal pake sendok yang sudah tersedia di rumah, makanan pun saya tidak usah masak dulu, atau kalaupun harus masak dulu saya dilayani oleh badan ini, alat masak dan bahan masakan untuk memasak. (wuih... gak kehitung pokoknya yang ngelayanin saya hanya untuk proses makan), jika ditelusuri pada proses setelah menelan makanan, saya tidak perlu berabe misahin mana yang bakal dijadikan daging atau darah merah atau darah putih atau kulit atau rambut atau jaringan syaraf atau kuku atau hati atau antibodi atau kotoran dll. pokoknya mah saya terima beres semua, bukan kah itu ciri bukti kalo saya dilayani 100% oleh pangawasana Allah? (Alhamdulillah)
Jika "abdul jabbar ialah hamba allah yg gagah perkasa....", Nah Kita-kita ini siapa sih sebenarnya?? dimana letak gagah perkasa-nya kalo masih 100% dilayani oleh pangawasana Allah ta'alla?
Dari Riwayat yang diriwayatkan oleh salah satu sepuh, Mama Sepuh teu pernah ngaku mun mama teh Abdul Jabbar, malahan mah mun aya nu tos ti mama, di wawadian ku mama sepuh teh kieu "ulah nyebat tos ti Mama atawa tos ti Guru komo deui nyebat tos ti Mama Abdul Jabbar, sebat wae tos ti rerencangan atanapi tos ti wargi"
(Mama Sepuh gak pernah mengaku kalo mama itu Abdul Jabbar, malahan mah kalau ada yang sudah dari Mama, diperingati oleh mama sepuh itu begini "Jangan bilang udah dari Mama atau udah dari Guru apalagi bilang udah dari Mama Abdul Jabbar, bilang saja sudah dari teman atau sudah dari saudara")
Dari cerita di atas, sangat jelas Mama di sebut Mama atau Guru saja gak mau, apalagi disebut dengan gelarnya, pada cerita di atas, Mama menjelaskan sebuah pelajaran yang sangat berharga, menjelaskan bahwa Abdul Jabbar bukanlah Mama, Beliau hanyalah Manusia biasa. Mama ialah Mama, Abdul Jabbar ialah Abdul Jabbar, Namun oleh kehendakNya lah Mama digelari Abdul Jabbar. (ceuk urang sunda mah Teu Hayang-hayang komo embung, teu embung-embung komo hayang, estu sakersaNa kagungan Allah bae Mama kagelaran Abdul Jabbar).
Jika secara kata Abdul Jabbar>> Abdi-Na/Hamba-Nya yang Gagah Perkasa, maka bisa disebut "Abdul Jabbar" ialah "Abdi-Na/Hamba-Nya yang Gagah Perkasa", "Abdul Jabbar" bukanlah "Mama", namun "Mama" kagelaran/digelari Oleh Kehendak-Nya dengan gelar "Abdul Jabbar", jadi yang "gagah perkasa" bukanlah "Mama" tapi yang "Gagah Perkasa" ialah "Abdi-Na/Hamba-Nya" yang tadi disebutkan yaitu atas Nama "Abdul Jabbar