Ada empat kesedihan yang meningkatkan derajat seorang mukmin. Sedih adalah merasa sangat pilu dalam hati; susah-hati. Kesedihan adalah perasaan sedih; duka-cita; kesusahan hati
Sa’id bin Musayyab r.a. bercerita, ketika menjabat Khalifah, Ali bin Abi Thalib r.a. suatu pagi bertemu dengan Salman Al-Faritsi r.a.
"Wahai ayahnya Abdullah, bagaimana kabarmu pagi ini?" tanya Ali.
"Wahai Amirul Mu'minin, memasuki pagi ini aku berada di antara empat
kesedihan," jawab Salman.
"Apa saja kesedihanmu itu?" tanya Ali.
"Pertama, aku sedih memikirkan keluarga yang menuntut roti kepadaku.
Kedua, sedih memikirkan perintah Allah kepadaku yang belum kulaksanakan. Ketiga, sedih memikirkan bujuk rayu syaitan yang licin terhadapku. Keempat, sedih memikirkan tuntutan malaikat terhadap ruhku," jawab Salman.
Ali pun berusaha menentramkan hati sahabatnya itu. "Wahai ayah Abdullah, bergembiralah keempat kesedihanmu itu justru meningkatkan derajatmu!".
Lalu Ali bercerita, suatu hari ia berjumpa dengan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. "Wahai Ali, bagaimana kabarmu pagi ini?" tanya Rasul. "Ya Rasulullah, aku berada di antara empat kesedihan.
Pertama, dirumahku tidak Ada apa-apa kecuali air sehingga aku sedih memikirkan anak-anakku.
Kedua, aku sedih memikirkan kelemahanku dalam taat kepada Allah.
Ketiga, aku sedih memikirkan akibat-akibat perbuatanku.
Keempat, aku sedih memikirkan tindakan malaikat pencabut ruh terhadapku," jawab Ali.
Mendengar jawaban demikian, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
“Hai Ali, bergembiralah! Sesungguhnya sedih memikirkan keluarga merupakan tabir dari api neraka. Sedih memikirkan ketaatan kepada Allah adalah keselamatan dari siksa. Sedangkan sedih memikirkan akibat perbuatan itu merupakan jihad, sedangkan berjihad lebih utama dari pada ibadah 60 tahun. Sedih memikirkan tindakan malaikat pencabut nyawa adalah pelebur semua dosa". (HR. Muttafaq 'Alaih).
Itulah empat kesedihan yang meningkatkan derajat seorang mukmin. Tentunya, kesedihan tersebut menggerakkannya berbuat sesuatu, yaitu amal saleh dan meninggalkan keburukan. Wallahu a'lam bish-shawab.*
Ref : Inilah Risalah Islam