Hadits Gharib
Definisi:
Secara bahasa berarti menyendiri, atau jauh dari teman-temannya. Secara istilah adalah suatu hadits yang perawinya menyendiri dalam meriwayatkan hadits.
Penjelasan definisi:
Yaitu hadits yang seorang perawinya menyendiri atau terpisah dalam meriwayatkan hadits, baik dalam seluruh thabaqat (tingkatan) sanad, atau dalam sebagian thabaqat, sekalipun pada satu thabaqat. Dan tidak berpengaruh jumlah perawi yang banyak dalam thabaqat yang lain, karena yang dijadikan acuan dan standard adalah thabaqat yang paling sedikit jumlah perawinya.
Nama Lain Dari Hadits Gharib
Sebagian ulama memberikan nama lain bagi hadits gharib, yaitu hadits Fard, dan mereka menganggap keduanya adalah sinonim, namun sebagian ulama yang lain membedakan antara kedua nama tersebut, dan mereka menjadikan keduanya berbeda. Hanya saja al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menganggap keduanya sinonim (dua kata yang maknanya sama) baik dari sisi bahasa maupun istilah, akan tetapi beliau berkata:”Sesungguhnya ulama ahli istilah (ahli dalam memberikan definisi) membedakan antara keduanya dari sisi banyak dan sedikitnya pemakaian. Maka mereka memberikan nama hadits Fard untuk hadits al-Fard al-Muthlaq dan hadits Gharib untuk al-Fard an-Nisbi.”(Nuzhatun Nazhar)
Macam-Macamnya
Hadit Gharib dilihat dari tempat (posisi) menyendirinya perawi dibagi menjadi dua; Gharib Muthlaq dan Gharib Nisbi.
a. al-Gharib Muthlaq atau al-Fard al-Muthlaq:
Yaitu hadits yang posisi atau letak perawi yang menyendiri ada di ushul sanad (pangkal sanad), yaitu di tingkat Shahabat.
Contoh, Hadits:
"إنما الأعمال بالنيات"
”Sesungguhnya semua amalan tergantung niat…{HR. al-Bukhari dan Muslim}
Dalam hadits di atas ‘Umar radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan hadits tersebut dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan mungkin saja menyendirinya perawi tersebut hingga akhir sanad, dan terkadang pula hadits dari perawi yang menyendiri tersebut diriwayatkan oleh perawi yang lebih banyak pada thabaqat setelahnnya.
b. al-Gharib Nisbi atau al-Fard an-Nisbi:
Yaitu hadits yang posisi atau letak perawi yang menyendiri ada di tengah-tengah sanad. Hadits tersebut diriwayatkan oleh lebih dari seorang perawi di pangkal sanadnya, kemudian setelah itu ada satu orang perawi yang menyendiri dalam meriwayatkan hadits tersebut dari para perawi di pangkal sanad.
Contoh, Hadits imam Malik rahimahullah dari az-Zuhri rahimahullah dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:
أن النبي صلى الله عليه وسلم دخل مكة وعلى رأسه المغفر"
”Sesugguhnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memasuki kota Mekah (Fathu Makkah) dan beliau mengenakan helm dari besi.”
Imam Malik rahimahullah menyendiri dari Zuhri rahimahullah.
Sebab Penamaan:
Dinamakan dengan Gharib Nisbi karena terjadinya penyendirian dalam meriwayatkan, jika dilihat dari orang tertentu.
Macam-Macam al-Gharib an-Nisbi:
Ada beberapa macam hadits Gharib atau Fard yang mungkin dimasukkan ke dalam kategori hadits Gharib Nisbi, karena kesendirian dalam periwayatan tersebut tidak mutlak, akan tetapi hal tersebut terjadi jika dilihat dari hal tertentu, dan berikut ini macam-macamnya:
a. Menyendirinya perawi tsiqah dalam meriwayatkan hadits,seperti perkataan Ulama:”Tidak ada perawi tsiqah lain yang meriwayatkan hadits ini kecuali Fulan”
b. Menyendirinya perawi tertentu dari perawi tertentu yang lain, seperti perkataan Ulama:”Fulan menyendiri dalam meriwayatkan hadits ini dari Fulan” Sekalipun hadits tersebut diriwayatkan dari beberapa sisi yang lain dari selaiannya.
c. Menyendirinya penduduk suatu Negara atau daerah tertentu, seperti perkataan Ulama:”Penduduk Makkah atau penduduk Syam menyendiri dalam meriwayatkan hadits ini, .”
d. Menyendirinya penduduk suatu Negara atau daerah tertentu, dari penduduk Negara atau daerah lain, seperti perkataan Ulama:”Penduduk Bashrah menyendiri (dalam meriwayatkan hadits ini) dari penduduk Madinah, atau penduduk Syam menyendiri dari penduduk Hijaz.”
Pembagian Yang Lain
Para Ulama membagi hadits Gharib dari sisi sanad dan matannya menjadi dua, yaitu :
1. Gharib dalam matan dan sanad; yaitu hadits yang seorang perawinya menyendiri dalam meriyatkan matan hadits.
2. Gharib dalam sanad bukan dalam matan, seperti hadits yang matannya diriwayatkan oleh sekelompok Shahabat, yang mana salah seorang Shahabat menyendiri dari Shahabat yang lain dalam meriwayatkan hadits. Dalam hal ini Imam at-Tirmidzi rahimahullah berkata:”Gharib dari sisi ini.”
Tempat Didapatkannya Hadits Gharib
Maksudnya adalah tempat atau kitab di mana banyak terdapat contoh-contoh hadits Gharib.
a. Musnad al-Bazzar rahimahullah
b. Al-Mu’jam al-Ausath karya Imam ath-Thabrani rahimahullah.
Kitab Terkenal Yang Menyebutkan Hadits Gharib:
a. Ghara’ibu Malik karya Imam ad-Daruquthni rahimahullah
b. Al-Ifrad karya Imam ad-Daruquthni rahimahullah
c. As-Sunan al-Lati Tafarrada Bikulli Sunnatin Minhaa Ahli Baldah, karya Abu Dawud as-Sijistani rahimahullah.
(Sumber: Taisir Mushthalahil Hadits karya Dr. Mahamud Thahan)
Definisi:
Secara bahasa berarti menyendiri, atau jauh dari teman-temannya. Secara istilah adalah suatu hadits yang perawinya menyendiri dalam meriwayatkan hadits.
Penjelasan definisi:
Yaitu hadits yang seorang perawinya menyendiri atau terpisah dalam meriwayatkan hadits, baik dalam seluruh thabaqat (tingkatan) sanad, atau dalam sebagian thabaqat, sekalipun pada satu thabaqat. Dan tidak berpengaruh jumlah perawi yang banyak dalam thabaqat yang lain, karena yang dijadikan acuan dan standard adalah thabaqat yang paling sedikit jumlah perawinya.
Nama Lain Dari Hadits Gharib
Sebagian ulama memberikan nama lain bagi hadits gharib, yaitu hadits Fard, dan mereka menganggap keduanya adalah sinonim, namun sebagian ulama yang lain membedakan antara kedua nama tersebut, dan mereka menjadikan keduanya berbeda. Hanya saja al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menganggap keduanya sinonim (dua kata yang maknanya sama) baik dari sisi bahasa maupun istilah, akan tetapi beliau berkata:”Sesungguhnya ulama ahli istilah (ahli dalam memberikan definisi) membedakan antara keduanya dari sisi banyak dan sedikitnya pemakaian. Maka mereka memberikan nama hadits Fard untuk hadits al-Fard al-Muthlaq dan hadits Gharib untuk al-Fard an-Nisbi.”(Nuzhatun Nazhar)
Macam-Macamnya
Hadit Gharib dilihat dari tempat (posisi) menyendirinya perawi dibagi menjadi dua; Gharib Muthlaq dan Gharib Nisbi.
a. al-Gharib Muthlaq atau al-Fard al-Muthlaq:
Yaitu hadits yang posisi atau letak perawi yang menyendiri ada di ushul sanad (pangkal sanad), yaitu di tingkat Shahabat.
Contoh, Hadits:
"إنما الأعمال بالنيات"
”Sesungguhnya semua amalan tergantung niat…{HR. al-Bukhari dan Muslim}
Dalam hadits di atas ‘Umar radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan hadits tersebut dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan mungkin saja menyendirinya perawi tersebut hingga akhir sanad, dan terkadang pula hadits dari perawi yang menyendiri tersebut diriwayatkan oleh perawi yang lebih banyak pada thabaqat setelahnnya.
b. al-Gharib Nisbi atau al-Fard an-Nisbi:
Yaitu hadits yang posisi atau letak perawi yang menyendiri ada di tengah-tengah sanad. Hadits tersebut diriwayatkan oleh lebih dari seorang perawi di pangkal sanadnya, kemudian setelah itu ada satu orang perawi yang menyendiri dalam meriwayatkan hadits tersebut dari para perawi di pangkal sanad.
Contoh, Hadits imam Malik rahimahullah dari az-Zuhri rahimahullah dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:
أن النبي صلى الله عليه وسلم دخل مكة وعلى رأسه المغفر"
”Sesugguhnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memasuki kota Mekah (Fathu Makkah) dan beliau mengenakan helm dari besi.”
Imam Malik rahimahullah menyendiri dari Zuhri rahimahullah.
Sebab Penamaan:
Dinamakan dengan Gharib Nisbi karena terjadinya penyendirian dalam meriwayatkan, jika dilihat dari orang tertentu.
Macam-Macam al-Gharib an-Nisbi:
Ada beberapa macam hadits Gharib atau Fard yang mungkin dimasukkan ke dalam kategori hadits Gharib Nisbi, karena kesendirian dalam periwayatan tersebut tidak mutlak, akan tetapi hal tersebut terjadi jika dilihat dari hal tertentu, dan berikut ini macam-macamnya:
a. Menyendirinya perawi tsiqah dalam meriwayatkan hadits,seperti perkataan Ulama:”Tidak ada perawi tsiqah lain yang meriwayatkan hadits ini kecuali Fulan”
b. Menyendirinya perawi tertentu dari perawi tertentu yang lain, seperti perkataan Ulama:”Fulan menyendiri dalam meriwayatkan hadits ini dari Fulan” Sekalipun hadits tersebut diriwayatkan dari beberapa sisi yang lain dari selaiannya.
c. Menyendirinya penduduk suatu Negara atau daerah tertentu, seperti perkataan Ulama:”Penduduk Makkah atau penduduk Syam menyendiri dalam meriwayatkan hadits ini, .”
d. Menyendirinya penduduk suatu Negara atau daerah tertentu, dari penduduk Negara atau daerah lain, seperti perkataan Ulama:”Penduduk Bashrah menyendiri (dalam meriwayatkan hadits ini) dari penduduk Madinah, atau penduduk Syam menyendiri dari penduduk Hijaz.”
Pembagian Yang Lain
Para Ulama membagi hadits Gharib dari sisi sanad dan matannya menjadi dua, yaitu :
1. Gharib dalam matan dan sanad; yaitu hadits yang seorang perawinya menyendiri dalam meriyatkan matan hadits.
2. Gharib dalam sanad bukan dalam matan, seperti hadits yang matannya diriwayatkan oleh sekelompok Shahabat, yang mana salah seorang Shahabat menyendiri dari Shahabat yang lain dalam meriwayatkan hadits. Dalam hal ini Imam at-Tirmidzi rahimahullah berkata:”Gharib dari sisi ini.”
Tempat Didapatkannya Hadits Gharib
Maksudnya adalah tempat atau kitab di mana banyak terdapat contoh-contoh hadits Gharib.
a. Musnad al-Bazzar rahimahullah
b. Al-Mu’jam al-Ausath karya Imam ath-Thabrani rahimahullah.
Kitab Terkenal Yang Menyebutkan Hadits Gharib:
a. Ghara’ibu Malik karya Imam ad-Daruquthni rahimahullah
b. Al-Ifrad karya Imam ad-Daruquthni rahimahullah
c. As-Sunan al-Lati Tafarrada Bikulli Sunnatin Minhaa Ahli Baldah, karya Abu Dawud as-Sijistani rahimahullah.
(Sumber: Taisir Mushthalahil Hadits karya Dr. Mahamud Thahan)