Berapakah usia Anda hari ini? Rasulullah pernah mengatakan, rata-rata umur ummat nya hanya seputar 60-70 tahun saja.
Ø£َعْماَرُ Ø£ُÙ…َّتِÙŠ بَÙŠْÙ†َ سِتِّÙŠْÙ†َ Ùˆَ سَبْعِÙŠْÙ†َ ÙˆَØ£َÙ‚َÙ„ُّÙ‡ُÙ…ْ Ù…َÙ†َ ÙŠُجاَÙˆِزُ عَÙ„َÙ‰ Ø°َÙ„ِÙƒَ
“Umur ummatku antara 60-70 tahun. Sangat sedikit di antara mereka yang umurnya melampaui kisaran itu.” (HR. At Tirmidzi 3550, Ibnu Hibban 7/246, Ibnu Majah 4236).
Nah, sekarang, marilah kita hitung dengan matematika sederhana saja. Bisa jadi, kita diberi Allah usia sampai 70 tahun. Tetapi bisa saja tidak. Marilah kita pilih di tengah, anggap saja, kita diberita kemudahan untuk hidup pada usia 50 tahun.
50 tahun telah menghabiskan sekitar 18.250 hari atau setara dengan 458.000 jam. Itu andakan kita menggunakannya 24 jam sehari semalam penuh melakukan aktivitas. Faktanya, kebanyakan manusia membutuhkan istirahat, tidur, nonton, jalan-jalan, berbelanja, bergurau dll.
Anggap saja waktu tidur kita adalah 8 jam/hari. Maka, dalam masa 50 tahun, waktu yang telah kita habiskan untuk tidur memakan waktu 146.000 jam atau sama dengan 16 tahun 7 bulan (dibulatkan 17 tahun). Betapa sia-sianya kita menghabiskan waktu selama 17 tahun hanya untuk tidur.
Selain tidur, umumnya kegiatan manusia di siang hari adalah; bekerja, belajar, mengajar makan, jalan-jalan, istirahat atau ngerumpi. Jika semua waktu itu memakan waktu 4 jam rata-rata. Maka, dalam 50 tahun waktu yang dipakai untuk istirahat,ngerumpi, jalan-jalan dll membutuhkan (18.250 hari x 4 jam) atau 73.000 jam. Ini setara dengan 8 tahun.
Jadi, selama 50 tahun itu pula kegiatan kita untuk tidur, jalan-jalan, ngerumpi, nonton, istirahat memakan waktu 17 tahun + 8 tahun atau menghabiskan waktu 25 tahun.
Jika usia Anda hari ini masih 20-25 tahun, maka tinggal mengurangi 10 tahun “angka sia-sianya”. Maka, hasilnya tetaplah sama, hampir separuh masa kita telah hilang dengan sia-sia.
Pertanyaannya sekarang, berapa sisa waktu yang dipergunakan untuk beribadah dan sebagai bekal menghadap yang Khalik?
***
Alkisah, suatu ketika ada seorang tabi’in bernama Tsabit bin Amir bin Abdullah bin Zubair jatuh sakit. Saat mendengar panggilan azan shalat Maghrib, ia berkata kepada anak-anaknya, Bawalah aku ke masjid ! Anak-anaknya menjawab : Engkau sedang sakit ! Allah memaafkanmu. Ia kembali berkata, Laa ilaaha illallah ! Aku mendengar seruan hayya ‘ala ash-shalah hayya ‘ala al-falah ! dan aku tidak menjawab seruan itu? Demi Allah, Bawalah aku ke masjid. Mereka pun akhirnya membawa ayahnya ke masjid. Ketika sampai pada sujud terakhir dalam shalat maghrib itu, Allah mencabut nyawanya.
Sebagian ulama ada yang menceritakan bahwa lelaki tersebut ketika melakukan shalat shubuh selalu berdoa, Ya Allah, aku memohon kematian yang baik pada-MU. Lalu ia ditanya apa maksud dari kematian yang baik yang ia mohon dalam potongan doanya itu adalah kematian saat bersujud.
Kematian menjemput siapa saja tanpa memandang bulu, masa ajal tiba adalah rahasia dari-Nya, agar manusia siap menghadapinya setiap saat. Siapapun tidak bisa menjamin selamat dalam mabuk kematian (sakaratul maut). Kematian yang indah adalah ketika bersujud, baca al-quran, berjihad di jalan Allah Subhanhu Wa Ta'ala, di majlis ta’lim, majlis zikir dan majlis shalat jamaah. Orang akan mengakhiri kehidupannya berbanding lurus dengan hobinya di dunia. Maka, kita perlu selektif dalam memilih hobi (man syabba, syaaba ‘alaih).
Masalahnya, apakah benar semua kegiatan kita –bekerja, kuliah, istirahat, makan-makan, jalan-jalan kita-- digunakan untuk tujuan puncak, yakni hanya mengabdikan diri kepada Allah Subhanhu Wa Ta'ala. Andakan persepsi ibadah kita hanya 5 x sehari semalam, berarti semua itu masih memenuhi tujuan penciptaan kita.
Berapa lama shalat yang kita lakukan selama 50 tahun? Atau berapa lama waktu shalat yang telah kita lakukan selama 20-25 tahun usia kita ini?
Untuk sekali shalat , orang menghabiskan waktu 10 menit. Ini berarti dalam 5x shalat (menghabislan waktu sekitar 1 jam). Maka, dalam 50 tahun waktu yang kita digunakan untuk shalat = 18.250 hari x 1 jam = 18.250 jam. Setara dengan 2 tahun.
Masa 50 tahun di dunia hanya 2 tahun untuk shalat? Ini, bagi yang shalat memakan waktu 10 menit. Kalau cara shalat ekspres (super cepat), lalu bagaimana?
Benarkah shalat kita itu mencukupi untuk diterima dan pantas untuk menghadap Allah? Mengapa Anda begitu yakin?
Padahal Allah Subhanhu Wa Ta'ala berfirman dalam suratnya:
ÙˆَÙ…َا Ø®َÙ„َÙ‚ْتُ الْجِÙ†َّ ÙˆَالْØ¥ِنسَ Ø¥ِÙ„َّا Ù„ِÙŠَعْبُدُونِ
Ù…َا Ø£ُرِيدُ Ù…ِÙ†ْÙ‡ُÙ… Ù…ِّÙ† رِّزْÙ‚ٍ ÙˆَÙ…َا Ø£ُرِيدُ Ø£َÙ† ÙŠُØ·ْعِÙ…ُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.” (QS. Adz Dzariyat (51) : 56-57).
2 tahun dari 50 tahun kesempatan…itupun belum dapat dipastikan shalat kita memberikan efek pada perubahan pola pikir dan pembentukan akhlak yang mulia.
Sepertinya pahala shalat selama 2 tahun tidak sebanding dengan perbuatan dosa-dosa selama 50 tahun, dalam percakapan yang terkadang dusta, baik direncanakan atau tidak disengaja, ucapan yang menyinggung, memakan harta yang bukan milik kita, menggelapkan dan memalsukan angka-angka dll. Bukankah kita tidak berdaya dalam mengendalikan dosa panca indra kita?
Menata Ulang Pola Hidup
Suatu yang paling mahal dalam kehidupan kita adalah kesadaran tentang misi kehidupan di dunia ini. Tiada kata terlambat, sekalipun waktu demikian cepat, yang berlalu tidak akan kembali. Jangan kita biarkan kehidupan kita ini sia-sia belaka. Hanya memburu dunia, memarginalkan kehidupan akhirat.
Pernahkah kita membayangkan, berapa lamakah umat akhir zaman ini menikmati kehidupannya yang fana ini?
Kehidupan di dunia ini bagaikan berteduh di bawah pohon (halte) untuk menghilangkan kepenatan dalam menempuh perjalanan kehidupan yang jauh. Atau bagaikan mampir untuk membasahi kerongkongan yang sedang kering, karena dahaga.
Dalam ayat di atas disebutkan 1 hari menurut perhitungan Allah Subhanhu Wa Ta'ala adalah 1000 tahun menurut perhitungan kita. Berarti kita hidup tidak lebih dari 1/10 hari menurut perhitungan-Nya. Sekarang kita mencoba untuk mengkalkulasi. Dengan cara ini semoga muncul kesadaran baru untuk tajdidul iman, tajdidul ‘ibadah dan tajdidul akhlaq, tajdidul jihad wal ijtihad wal mujahadah.
Dalam sebuah firmannya, Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung." Allah berfirman : "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui." (QS. Al-Mukminun (23) : 112-114).
Kesimpulannya, sesungguhnya kehidupan di dunia ini --yang seolah kita persepsikan panjang-- hakikatnya sangat singkat. Alangkah sia-sianya jika kita gunakan hanya untuk hal-hal yang tak ada hubungannya dengan ibadah di jalan Allah.
Meminjam istilah Hasan Al Banna, barangsiapa yang mengisi waktunya hanya untuk bersenda gurau berarti melupakan misi kehidupannya. Mudah-mudakan, kita bisa memanfaatkan kesempatan hidup ini jauh lebih baik lagi.*
Penulis adalah kolumnis hidayatullah.com, tinggal di Kudus, Jawa Tengah
Dikutip dan Ringkas Judul oleh situs Dakwah Syariah
Red: Cholis Akbar