Ilmuwan Muslim, Ibnu Jazzar

Biografi Ibnu Jazzar (Dokter Agung Kaum Fakir Dari Afrika)

File:Ibn al-Jazzar.gif Nama lengkap Ibnu Jazzar adalah Abu Ja’far Ahmad bin Ibrahim bin Abi Khalid Ibnu al-Jazzar, di eropa dikenal dengan nama Algazir kadang juga akrab disapa Algazir. Ia dilahirkan di Qayrawan, Tunisia. Ayahnya adalah seorang dokter. Tak heran, di kemudian hari, ia tertarik mengkaji ilmu kedokteran pula. Ibnu Jazzar mendapat pendidikan dasar dari keluarganya. Selanjutnya, ia menempuh pendidikan formal di bawah bimbingan Ishaq bin Sulayman al-Isra’ili, seorang dokter terkenal keturunan Yahudi. Karena kecerdasan dan ketekunannya, Ibnu Jazzar akhirnya berhasil menjadi seorang dokter yang handal.

Ibnu Juljul dalam karyanya Tabaqat al-atibba’ dan Ibnu Abi Usaybi’a dalam karyanya ‘Uyun al-Anba’ mengungkapkan keluarga al-Jazzar berkiprah dalam bidang pengobatan. Tak heran, jika sejak kecil al-Jazzar juga sudah tertarik pada bidang medis.
Jacquart-Micheau dalam karyanya La Medecine Arahe mengungkapkan bahwa al-Jazzar merupakan murid seorang filsuf dan dokter Yahudi terkenal bernama Ishaq bin Sulayman al-Isra’ili (243H/855M- 343H/955M). Dari al-Isra’ili inilah al-Jazzar menimba ilmu kedokteran.

Sang guru juga sangat dikenal di dunia kedokteran Barat. Karya-karya al-Isra’ili telah diterjemahkan dalam bahasa Latin seperti al-Hummayat (tentang Demam) and al-Bawl (tentang Urine).

Ibnu Jazzar terkenal sebagai seorang dokter yang dermawan, tapi sangat disiplin dan cermat. Ia tidak hanya menjadi dokter dari kalangan elit, tapi juga dari kalangan rakyat jelata dan fakir miskin. Saat menghadapi para pasien, ia selalu sabar mendengarkan keluhan mereka, sebelum kemudian mengobati dengan teliti.

Pengalaman tersebut kemudian dituliskannya dalam sejumlah buku. Tanpa diduga, buku-buku yang berisi pengalaman hidupnya itu justru membuat namanya terkenal di dalam dan luar negeri. Di antara karya tersebut, salah satunya adalah Kitab Thibb al-Fukara atau Medicine for the Poor (Obat-obatan Untuk Kaum Fakir). Buku ini dianggap sebagai bukti kepedulian Ibnu Jazzar pada kesehatan kaum miskin. Karya ini termasuk salah satu buku yang sangat popular di abad pertengahan. Al-Adwiya al-Mufrada (Cara Pengobatan Sederhana) juga merupakan karya terkenal Ibnu Jazzar. Di kemudian hari, buku-bukunya itu diterjemahkan dalam bahasa Yunani, Latin, dan Ibrani.

Zal al-Musafir wa Qut al-Hadir adalah salah satu karya Ibnu Jazzar yang dianggap fenomenal. Karya ini terdiri dari tujuh jilid buku yang berisi tentang pengobatan berbagai jenis penyakit. Sehubungan dengan hal itu, untuk memperkuat pendapatnya, Ibnu Jazzar mengutip pendapat para dokter ternama pendahulunya. Pada awal abad XI, buku ini diterjemahkan dalam bahasa Yunani, sebelum kemudian menyebar luas hingga ke negara lain. Tak lama kemudian, Zal al-Musafir wa Qut al-Hadir diterjemahkan pula dalam bahasa Ibrani. Pada tahun 1124, buku karya Ibnu Jazzar ini akhirnya diterjemahkan dalam bahasa Latin.

Sejumlah ahli berpendapat kalau keberadaan Zad al-Musafir wa Qut al-Hadir memberikan pengaruh yang kuat bagi perkembangan ilmu kedokteran di Eropa Tengah. Satu jilid buku ini, yaitu tentang demam dan penyakit seksual, diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul Arts of Medicine. Buku terjemahan inin\ kemudian menjadi buku teks terkenal yang menjadi bahan rujukan para mahasiswa ilmu kedokteran di Universitas Oxford dan sejumlah universitas di Bologna, Italia, dan Perancis.

Semasa hidupnya, Ibnu Jazzar menghasilkan sekitar dua puluh judul buku kedokteran.

Setiap musim panas, ia melakukan perjalanan menjelajahi al-Munastir, di pesisir pantai Mediterania. Selama hidupnya, ia dikenal sebagai seorang dokter yang memiliki sifat yang baik. Meski profesinya sebagai seorang dokter begitu terhormat dan terpandang, namun dia tak silau dengan posisi dan jabatan yang menjanjikan.
Berbeda dengan dokter lainnya yang berlomba mencari posisi sebagai dokter istana, ia justru lebih memilih melayani masyarakat biasa. Ibnu al-Jazzar sangat menyadari posisinya sebagai dokter, dia melakukan pengobatan dengan profesional. Dia melakukan praktik medis dengan menerima dan memeriksa pasiennya selama jam konsultasi, khususnya analisis masalah urin pasien.

Hebatnya, ia melayani pasiennya dengan penuh pengabdian. Setelah melakukan pemeriksaan, Ibn al-Jazzar memberikan obat-obatan yang diperlukan bagi pasiennya secara gratis. Sikap mulia ini yang membuat al-Jazzar selalu dikenang. Sayangnya, jejak kehidupan al-Jazzar tak terekam sejarah dengan baik.

Karyanya
Ibnu al-Jazzar merupakan seorang penulis yang produktif dalam bidang kedokteran. Kitab-kitab yang ditulisnya begitu terkenal dan berpengaruh dalam dunia kedokteran Barat di abad pertengahan. Kitabnya al-Adwiya al-Mufrada (Treatise on Simple Drugs) telah diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, Latin dan Ibrani dan dicetak beberapa kali.

Karyanya menjadi sangat populer setelah diterjemahkan oleh Constantine, seorang ilmuwan asal Afrika, dengan judul Liber de Gradibus. Tak heran, jika kitab karya al-Jazzar itu menjadi begitu penting dalam dunia kedokteran Barat. Sejak mengenal kitab ini, dunia kedokteran Barat mulai mengenal pharmacopeia.

Karyanya yang lain adalah Tibb al-Fuqara‘ wa Al-Masakin (Medicine for the Poor). Kitab karya sang dokter agung itu telah dianalisis oleh Ed S Catahier dan JacquaI-Micheau dalam bentuk artikel ilmiah. Karyanya Ibnu al-Jazzar itu, kata Catahier, menjadi sebuah literatur yang populer khususnya selama abad pertengahan.

Rocha Pereira dalam karyanya Obras Medicas de Pedro Hispanokarya, mengatakan, karya Ibnu al-Jazzar ini juga dilirik oleh Petrus dari Spanyol, seorang dokter dan filsuf yang menjadi Paus dengan nama John XXI.

Karya Ibnu al-Jazzar lainnya yang berpengaruh adalah Zad al-Musafir wa-Qut al-Hadir (Provisions for the Traveller and the Nourishment of the Settled). Kitab Zad Al-Musafir merupakan karyanya yang terbesar. Yang saat itu, sebagian besar ditulis masih dalam bentuk manuskrip (naskah).

Ullmann dalam karyanya Neues zu den diaetetischen Schriften des Rufus yon Ephesos, menjelaskan bahwa karya sang dokter Muslim itu terdiri dari tujuh volume buku. Kitab ini bukanlah merupakan buku panduan bagi wisatawan, tetapi merupakan buku panduan medis yang sistematis, membahas berbagai penyakit dan perawatan capite ad calcem (dari kepala ke ujung kaki) dalam tulisan yang begitu singkat.

Karyanya itu berisi banyak kutipan yang berharga dari dokter dan filosof Yunani terkenal, seperti, Hippocrates, Aristotle, Rufus, Galen, Paulus dari Aegina, Palladios dan lainnya. Kitab yang berpengaruh itu mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani pada awal abad ke-11 M. Kitab ini didistribusikan secara luas.

Buku kedokteran yang ditulis Ibnu al-Jazzar ini begitu popular di kalangan Yahudi. Buktinya, kitab itu diterjemahkan sebanyak tiga kali ke dalam bahasa Ibrani. Pertama dialihbahasakan oleh seorang penerjemah anonim dengan judul Ya’ir Nativ pada 1224 M. Kedua, diterjemahkan Musa Ibnu Tibbon pada 1254 M bertajuk Zedatha-Derakhim. Ketiga dialihbahasakan Ben Abraham Ishak menjadi buku berjudul Zedah-la Orehim.

Seperti halnya kitab al-Adwiya al-Mufrada, kitab kedokteran berjudul Zad al-Musafir ini juga diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Constantine pada 1124 M, dengan judul Viaticum peregrinantis. Tak pelak lagi, karya Ibnu al-Jazzar pun menjadi salah satu buku referensi kedokteran yang sangat berpengaruh bagi peradaban Eropa di abad pertengahan.

Buku tentang demam dan penyakit seksual karya Ibnu al-Jazzar juga telah diedit dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Karyanya tersebut diterjemehkan oleh Gerrit Bos dengan judul Ibn al-Jazzar on Sexual Diseases: A Critical Edition of “Zad al-Musafir wa-Qut al-Hadir”: Provisions for the Traveller and Nourishment for the Sedentary.

Buku tersebut juga sangat berpengaruh di Eropa. Pada abad ke-11 M, buku itu diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Pada abad ke-12 M, di Toledo, buku itu kemudian diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Latin oleh seorang penerjemah, bernama Lombard.

“Setelah diterima ke dalam apa yang disebut Articella atau Ars medicinae, ringkasan yang dibuat dari buku medis (karya Ibnu al-Jazzar), telah banyak digunakan di sekolah-sekolah medis (Salerno, Montpellier), dan di perguruan tinggi (Bologna, Paris, Oxford), ” jelas Dugat dalam karyanya Etudes sur le Traitc de Medecine d’ Abou Dja’far ahmad, Intitule: Zad al-Mozafir.

Ibnu al-Jazzar juga menulis sebuah risalah dalam pengobatan sifat pelupa berjudul Risalah fi al-Nisyan wa-‘Ilajih dan tips memperkuat daya ingat lewat Kitab al-Nisyan wa-Uruq Taqwiyat al-Dhakira. Kedua karya Ibnu al-Jazzar itu telah diedit dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Hal itu diungkapkan oleh Gerrit Bos dalam karyanya Ibn al-Jazzar, Risala fi Alnisyan (Treatise on Forgetfulness).

Selain itu, dia juga membuat buku tentang penyakit gangguan tidur (sleep disorder). Dia juga menyusun sebuah risalah dalam kasus angka kematian. Dia juga menulis buku tentang pediatrik (ilmu kesehatan anak anak), demam, penyakit seksual, pengobatan bagi si miskin. Risalah ini diringkas oleh Gerrit Bos menjadi "Ibn al-Jazzar on Medicine for the Poor and Destitute", dalam Journal of the American Oriental Society.

Dia juga menulis tentang terapeutik (nilai pengobatan), vaticum, coryza, penyakit perut, penyakit kusta, obatobatan terpisah, obat-obatan campuran dan ini ditambahkan dalam bukunya dalam wilayah keilmuan lain, misalnya sejarah binatang dan literatur.

Ibnu al-Jazzar juga memiliki beberapa buku tentang geriatric medicine atau (ilmu kedokteran yang mempelajari tentang orang tua) dan kesehatan lansia (Kitab Tibb al-Mashayikh). Dengan demikian, betapa besarnya sumbangsih al-Jazzar bagi pengembangan dunia kedokteran modern.
Selain karya-karya di bidang kedokteran, masih banyak pula karya-karya lain yang mencakup berbagai bidang disiplin ilmu, antara lain yan gmencakup bidang filsafat, sejarah, biografi, dan geografi. Beberapa yang dapat disebutkan antara lain:
1.“Kitab Maghazi Ifrikiyya”, tentang penaklukan Arab.
2.“Kitab Akhbar ad-dawla” tentang dinasti Fathimiyyah.
3.“Kitab at-Ta’rif bi Shahih at-Tarikh”, sebuah koleksi biografi
4.“Kitab Ajaib al-Buldan”, sebuah karya geografi.

Kewafatannya
Tak ada catatan yang pasti mengenai tahun kelahiran dan wafatnya sang dokter agung dari benua Afrika Utara itu. “Banyak kebingungan masalah tahun kelahirannya (Ibnu al-Jazzar),” ujar Hajji Khalifah dalam karyanya bertajuk Kashf al-Zunun II.

Hajji menuturkan, ada tiga versi mengenai tahun yang sempat disebut-sebut sebagai tahun wafatnya Ibnu Al-Jazzar ini. Pertama, sebelum tahun 400H/1010M, kedua tahun 400 H/1010 M, dan ketiga setelah tahun ini. Sementara itu, Brockelmann (GI, 238), menyebutkan, al-Jazzar tutup usia pada tahun 395H/1004 M. Ilmuwan lainnya, seperti Idris mengadopsi pendapat Brockelmann soal tahun wafatnya al-Jazzar.

Sedangkan Ibnu Juljul, merujuk pada karyanya bertajuk Tabaqat al-Atibba menyebutkan Ibnu Al-Jazzar meninggal pada 987 M. Sementara, Ibnu ‘Idhari dalam karyanya al-Bayan al-Mughrib I, mengatakan wafatnya Ibnu Al-Jazzar sekitar tahun 369 H/979M-980M. Namun, baru-baru ini ada bukti yang menunjukkan bahwa ia meninggal di kota kelahirannya di Qayrawan, sekitar tahun 979-980 M (369 H).

Ref: Biografi Ilmuwan Muslim

BAGIKAN KE ORANG TERDEKAT ANDA
ONE SHARE ONE CARE

Sekilas tentang penulis : Aksara Tanpa makna

Dakwah Islam, Kebenaran Islam, Islam Toleran