Biografi Abul Qasim Az-Zahrawi (Bapak Ilmu Bedah & Ahli Kosmetik)
Abul Qasim Khalaf ibn al-Abbas az-Zahrawi atau Al-Zahrawi (Madinatuz Zahra', 936 - 1013), (Bahasa Arab: أبو القاسم) dikenal di Barat sebagai Abulcasis. Dia juga kadang-kadang dipanggil dengan Al-Anshari, karena nenek moyangnya berasal dari Madinah Al-Munawwarah. Dalam bahasa Latin dan bahasa Eropa pada umumnya, nama Az-Zahrawi telah dirubah menjadi Alzahravius. Sedangkan julukannya, Abu Al-Qasim, telah dirubah ke dalam dua versi, yaitu Albucasis dan Abulcasis. Kedua nama inilah yang hingga sekarang dikenal di Eropa. Adalah salah satu pakar di bidang kedokteran pada masa Islam abad Pertengahan. Karya terkenalnya adalah Al-Tasrif, kumpulan praktik kedokteran yang terdiri atas 30 jilid.
Abul Qasim lahir di Zahra, yang terletak di sekitar Kordoba, Spanyol. Di kalangan bangsa Moor Andalusia, dia dikenal dengan nama "El Zahrawi". Sedangkan tahun wafatnya ahli bedah ini, menurut riwayat seorang penjelajah dan sejarawan, Al-Hasan Al-Wazzan, adalah 404H (1013M). Al-Qasim adalah dokter kerajaan pada masa Khalifah Al-Hakam II dari kekhalifahan Umayyah.
Karya dan hasil pemikirannya banyak diadopsi para dokter di dunia barat. “Prinsip-prinsip ilmu kedokteran yang diajarkan Al-Zahrawi menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di Eropa,” ujar Dr. Campbell dalam History of Arab Medicine.
Seorang sastrawan dan sejarawan, Al-Humaidi, mengatakan dalam bukunya "Jadzwatul Muqtabas fi Akhbari Ulama'il Andalus" bahwa Az-Zahrawi merupakan orang terhormat, agamis dan berilmu. Sebagaimana juga ada pendapat yang mengatakan bahwa Az-Zahrawi menggunakan separuh waktu siangnya secara khusus untuk mengobati orang yang sakit secara cuma-cuma karena mengharap ridha Allah Subhnnnhu Wa Ta'ala.
Prestasi
Dalam Bidang Operasi Secara Umum
1. Az-Zahrawi merubah persepsi orang tentang operasi dari sekedar profesi seperti yang dilakukan oleh tukang bekam atau tukang cukur menjadi ilmu yang erat kaitannya dengan kedokteran dan bedah. Dia memberikan nasehat kepada para ahli bedah agar mempelajari ilmu bedah dan banyak berlatih sebelum melakukan praktik, agar mereka benar-benar mengetahui ilmu anatomi, bentuk, susunan dan hubungannya antara satu dengan lainnya. Di samping itu, mereka juga harus mengetahui keadaan tulang, urat dan otot serta tempatnya-tempatnya dan hubungan antara satu dengan lainnya.
2. Dia menemukan berbagai macam obat-obatan untuk bedah sesuai dengan berbagai macam tujuan bedah dan peralatannya, seperti gunting, pengikat, alat pelebar, kempa (apitan), dan baju pelindung dari besi dengan ukuran yang berbagai macam. Dia juga membekali bukunya "At-Tashrif" dengan gambar-gambar yang menjelaskan tentang alat-alat itu. Misalnya diantara alat ini terdapat alat pelebar untuk mengatasi tertutupnya lubang kencing pada anak yang baru dilahirkan.
3. Az-Zahrawi adalah orang yang pertama kali mengikat urat nadi dan pembuluh darah dengan benang sutra untuk mengatasi keluarnya darah ketika sedang dilakukan operasi, sebagaimana dia mengobati luka dengan dipanaskan.
4. Dia menemukan cara menjahit luka bedah dengan dua jarum dan satu benang.
5. Dia adalah orang yang pertama kali menggunakan benang buatan dari usus binatang (catgut) dalam menjahit usus manusia.
6. Dia berhasil menekuni pemanasan pada luka hingga sembuh.
7. Pada 1000 M, Abu al-Qasim az-Zahrawi menemukan lipstik dalam bentuk yang bertahan hingga kini.
Dalam Operasi Saluran Kencing
1. Az-Zahrawi adalah orang yang pertama kali menemukan cara mengeluarkan penumpukan zat kapur pada saluran kencing. Dalam bukunya "At-Stashrif", dia menasehatkan kepada para ahli bedah agar melakukan bedah dengan cara yang sesuai untuk mengeluarkan tumpukan zat kapur yang telah menjadi batu, dan dipecahkan dengan kempa (apitan), lalu dikeluarkan sepotong demi sepotong.
2. Dia menemukan cara mengeluarkan tumpukan zat kapur yang telah menjadi batu melalui alat kelamin pada perempuan.
Dalam Bedah Rongga Pernafasan
1. Az-Zahrawi berhasil mengembangkan bedah rongga pernafasan (tracheotomy). Cara bedah seperti ini sebenamya telah ditemukan oleh orang-orang Mesir kuno untuk mengobati orang yang sakit dan tercekik tenggorokannya. Cara ini kemudian ditiru oleh bangsa Yunani dan dimasukkan ke dalam buku-buku karangan mereka. Namun mereka tidak melakukan cara ini, karena sangat berbahaya dan banyaknya kematian yang disebabkan oleh cara bedah ini yang dilakukan oleh mereka. Bahkan mereka kemudian mengharamkan untuk melakukan bedah dengan cara ini. Dalam bukunya "At-Tashrif" Az-Zahrawi menjelaskan tentang tercekiknya tenggorokan dan bagaimana cara membedahnya berdasarkan pengembangan yang dia lakukan. Dia mengatakan bahwa dia melakukannya pada kambing, kemudian memantau perkembangannya, sehingga untuk pertama kalinya dia mampu menggabungkan tulang--tulang rawan pada batang tabung udara secara tepat setelah melakukan bedah dan sembuh total.
Sekalipun cara bedah seperti ini sekarang telah banyak mengalami perkembangan, akan tetapi semuanya tetap berjalan berdasarkan kaedah-kaedah yang telah dibuat oleh Abu Al-Qasim Az-Zahrawi. Barangkali yang lebih banyak menerangkan tentang keunggulan ilmuwan Arab ini dalam bidang operasi adalah bahwa Presiden Amerika pertama, George Washington terserang penyakit "tercekik tenggorokan" pada tahun 1799, atau dua tahun setelah pensiun dari jabatannya sebagai presiden. Baru satu hari terserang penyakit ini, dia langsung mati, karena dokter yang menanganinya memang benar-benar bodoh dan tidak tahu cara melakukan bedah pada batang tenggorokan yang pernah dilakukan oleh Az-Zahrawi delapan abad sebelumnya. Dia juga tidak mengetahui batang tabung udara yang ditemukan oleh Ibnu Sina untuk mengobati orang-orang yang sesak nafas karena tercekik tenggorokannya (asphyxia).
2. Az-Zahrawi berhasil memotong tumor daging yang tumbuh di hidung.
3. Dia juga berhasil memotong amandel dari pangkalnya dengan cara operasi.
Dalam Bedah Alat Pencernaan
1. Dalam bukunya "At-Tashrif", dia menjelaskan tentang keadaan pasien yang harus menjalani operasi usus besar. Menurutnya, pasien yang akan dioperasi hendaknya ditidurkan di atas kasur dalam keadaan kepala di bawah apabila yang dibedah di bagian bawah usus, dan sebaliknya kepala pasien berada di atas apabila yang dibedah di bagian atas usus. Tujuannya adalah untuk mengurangi darah yang keluar ketika sedang dilakukan operasi dan memudahkan bagi pembedah untuk menjalankan tugasnya. Karena itu, Az-Zahrawi adalah orang yang pertama kali melakukan bedah dengan cara posisi terbalik yang oleh orang Barat disebut trendelenburg position. Padahal, Az-Zahrawi lebih awal menemukan cara ini dibandingkan dengan Trendelenburg.
2. Az-Zahrawi adalah orang yang pertama kali membelah bagian luar hati (lever) dan mengobatinya dengan cara pemanasan.
Dalam Mengobati Penyakit Wanita dan Ibu Melahirkan
1. Dalam bukunya "At-Tashrif", Az-Zahrawi menjelaskan beberapa metode untuk menolong kelahiran yang sampai sekarang ini masih dipakai. Dia melakukan operasi untuk mengeluarkan janin dengan alat-alat khusus.
2. Az-Zahrawi merupakan orang pertama yang menerangkan kondisi-kondisi letak janin yang tidak normal di perut ibunya.
Dalam Mengobati Tulang
1. Az-Zahrawi unggul dalam mengobati tempurung kepala yang pecah. Dia tidak hanya mendiagnosa sakit pada tempurung kepala yang pecah dari luar saja dan melihat keadaan orang yang sakit, melainkan juga menentukan dengan teliti cara pemeriksaan luka. Semuanya itu dia jelaskan dalam bukunya, "At-Tashrif". Dia berkata, "Kita harus mengenali semua jenis luka dengan memeriksa dan menyelidikinya, kemudian membuang daging yang rusak dari atasnya. Sedangkan luka yang masih pada batas akar rambut dapat diketahui dengan memeriksa tulang kepala, mengusapnya, dan mengolesinya dengan tinta, maka bagian yang pecah akan tampak hitam."
Dalam buku itu juga, dia menentukan langkah-langkah kerja yang teliti bagi dokter yang sedang belajar. Dia juga menentukan macam-macam peralatan yang diperlukan untuk melakukan bedah dan menambahkan gambar-gambar pada penjelasan itu. Inilah perkataannya yang sangat jelas itu, "Apabila pecah di kepala telah sampai pada lapisan otak dan luka, maka harus dipotong bagian yang luka seperti apa yang akan saya jelaskan, yaitu harus memangkas rambut pasien. Apabila kamu memeriksa tulang kepala pasien tiba-tiba keluar darah atau sangat bengkak, maka hadapilah dengan yang semestinya, yaitu kamu letakkan di tempat yang bengkak itu kain lap yang telah diberi salep dan ulangi berkali-kali hingga yang bengkak hilang dan dijamin tidak akan keluar darah. Kemudian kamu membuat keputusan apa yang akan dilakukan pada tulang kepala itu. Adakalanya kamu memotong tulang itu dengan pemotong yang lembut dan dengan lubang yang sedikit. Apabila tulang itu keras, maka kamu harus melubangi sekitarnya sebelum kamu menggunakan pemotong."
2. Az-Zahrawi berhasil melakukan operasi pada tulang punggung yang patah.
3. Az-Zahrawi adalah orang yang pertama kali membuat lubang "jendela" dalam mengikat gipsum pada luka yang terbuka.
Dalam Bedah Gusi dan Sakit Gigi
1. Az-Zahrawi berhasil mengobati gangguan pada gusi dan memperbaiki gigi dengan alat-alat operasi yang ditemukannya sendiri.
2. Az-Zahrawi adalah orang yang pertama kali menggunakan sambungan gigi yang terbuat dari emas dan perak dan alat penekan mulut.
Dalam Bidang Farmasi
Az-Zahrawi dikenal memiliki keistimewaan dan pengalaman yang banyak dalam mencampur dan menggunakan obat-obatan, hingga kita dapatkan dalam bukunya, "At-Tashrif," bahwa pembahasan terbanyak dari tiga puluh artikel yang ada di dalamnya membahas masalah ini. Dalam hal ini, Ibnu Abu Ushaibi'ah dalam bukunya, "Uyun Al-Anba'," mengatakan, "Dia adalah seorang dokter terkemuka dan berpengalaman dalam mengolah obat-obatan baik yang tunggal maupun yang dicampur, dan pengobatannya sangat baik".
Az-Zahrawi adalah orang yang pertama kali menggunakan cetakan khusus dalam membuat tablet obat-obatan. Keunggulan Az-Zahrawi secara ilmiah meliputi dalam bidang farmasi, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Al-Awam Al-Isybili di dalam bukunya, "Kitab Al-Fallahah," bahwa cara Az-Zahrawi dalam menyuling air bunga mawar lebih baik dari semua cara yang ada. Selain itu Ibnu Al-Baithar memakai nama Abu Al-Qasim Az-Zahrawi sebagai kosa kata dalam penyulingan minyak.
Karya Beliau
1. Kitab "At-Tashrif liman `Ajiza an At-Ta'lif" merupakan ensiklopedia kedokteran yang lengkap dan ditulis oleh Az-Zahrawi meliputi semua cabang kedokteran, sehingga orang yang telah membaca buku ini tidak perlu untuk membaca buku yang lain. Buku ini terdiri dari 30 artikel, dan setiap artikel meliputi beberapa pasal pembahasan. Berikut sebagian judul artikel yang ada dalam buku tersebut:
Artikel (1): Berisi tentang masalah-masalah kedokteran secara umum, seperti; hasil penelitian, contoh-contoh, pengetahuan tentang anatomi dan komposisi obat-obatan.
Artikel (2): Berisi tentang macam-macam penyakit, gangguan dan cara pengobatannya.
Artikel (19): Berisi tentang kedokteran dan kecantikan (kosmetik).
Artikel (23): Berisi tentang pakaian khusus yang harus dipakai oleh orang yang menderita sakit di sekujur badan.
Artikel (26): Berisi tentang makanan yang menyehatkan bagi orang yang sakit, dan Az-Zahrawi telah menyusunnya sesuai dengan berbagai jenis penyakit itu sendiri.
Artikel (27): Juga berisi tentang makanan pada sebagian aspeknya saja.
Artikel (29): Berisi tentang nama-nama obat dengan berbagai bahasa, fungsi dan manfaatnya dan ukuran atau timbangannya.
Artikel (30): Berisi tentang operasi (bedah), cara membalut tulang, dan apa yang dilakukan pada tangan, seperti; pemanasan, pembelahan, pengikatannya dan cara melepaskannya.
Sedangkan sisa artikel lainnya, demikian juga dengan kebanyakan dari isi artikel (27) berisi tentang obat-obatan, baik yang diminum sendirian maupun setelah dicampur, serta cara penggunaan dan pencampurannya. Adapun artikel ke-30 merupakan tulisan pertama yang meliputi semua ilmu bedah. Dalam buku ini, Az-Zahrawi juga menambah gambar-gambar yang menjelaskan berbagai macam peralatan bedah. Pada artikel ini juga dibicarakan beberapa bab secara khusus tentang anatomi, penyakit wanita dan kelahiran, cara mengajarkan kepada dukun beranak (bidan), bagaimana mengeluarkan janin yang mati di dalam rahim, operasi kedua mata, operasi kedua telinga, operasi kantong suara, operasi gigi, dan cara mengobati patah tulang atau tulang terlepas.
Ia juga mengupas tentang kosmetika. Al-Zahrawi pun ternyata begitu berjasa dalam bidang kosmetika. Sederet produk kosmetika, seperti deodorant, hand lotion, dan pewarna rambut yang berkembang hingga kini merupakan hasil karya al-Zahrawi. Bukunya memang secara lengkap menjelaskan tentang pengobatan medis, nutrisi, kosmetik, terapi obat, teknik pembedahan, anesthesia (obat bius), pra dan pascapemeliharaan operasi. Lagi, dengan deskripsi lengkapnya mengenai 200 peralatan pembedahan yang ia temukan seperti speculum, pisau bedah, semprotan, pipa kateter, dan penekan lidah. Atas dasar itulah, menurut Ajram, yang paling patut memperoleh julukan sebagai “Bapak dan Pendiri Pembedahan Rasional” adalah al-Zahrawi.
Setelah dialihbahasakan ke dalam bahasa Latin, kitab yang memperkenalkan kosmetika itu sempat menjadi buku utama yang digunakan kebanyakan universitas di Eropa pada abad ke-12 M hingga 17 M. Kemungkinan besar dari kitab itulah Barat mengembangkan produk kosmetika. Tak heran, jika kini negara-negara Barat menjadi produsen kosmetika terbesar di dunia.
Dalam Al-Tasreef, Al-Zahrawi juga menyebutkan pentingnya minyak gosok dan mengupas bahan-bahan dasar untuk membuat minyak itu secara detail. Al-Zahrawi juga mengajarkan cara-cara memperkuat gusi dan memutihkan gigi. Ia juga memperkenalkan beragam parfum dengan aroma yang bervariasi.
Al-Zahrawi menggunakan zat minyak yang disebut Adhan untuk pengobatan dan kecantikan. Sebagai seorang ilmuwan Muslim, Al-Zahrawi menjelaskan cara perawatan dan kecantikan rambut, kulit, gigi, dan seluruh bagian tubuh dalam batas-batas ajaran Islam.
Pada abad ke-12 M, peradaban Islam di Spanyol juga sudah mengenal dan menggunakan produk kosmetika lainnya seperti krim tangan (hand cream, pencuci mulut (mouth washes), serta nasal spray. Selain itu, peradaban Islam di era keemasan juga telah menemukan semacam deterjen yang bernama lenor. Bahan yang mengandung wewangian itu digunakan untuk mencuci pakaian agar bersih dan harum.
Saat Cordoba mencapai kemajuan yang begitu pesat, umat Islam memiliki tradisi untuk membawakan bunga bagi orang yang sakit. Tren itu dimulai ketika Cordoba memiliki 600 masjid, 300 pemandian umum, 50 rumah sakit dan 70 perpustakaan publik, hingga kini masih tetap berkembang di era modern ini.
Stanley Lane Poole pada 1887 dalam buku 'The Moors in Spain’ mengakui kehebatan yang dicapai umat Islam di Spanyol. Dengan nada menyindir, Lane Poole menyatakan kemilau yang diperoleh Kristen Spanyol setelah Islam diusir bagaikan bulan yang cahayanya hasil meminjam dari umat Islam.
Buku ini mendapat perhatian sangat besar di Eropa, sehingga banyak orang-orang Eropa yang mempelajarinya dan menerjemahkannya. Di antaranya seperti yang diterjemahkan oleh seorang penerjemah Itali, Gerardo de Cremona di Thulaithulah (Toledo) pada akhir abad ketiga belas Masehi. Buku ini diterjemah ke dalam bahasa Latin dengan judul "Chirugia" (Ilmu Bedah). Sebagian yang lain ada yang menerjemahkan bab demi bab ke dalam bahasa Latin sejak tahun 1423 Masehi. Diantara penerjemah itu adalah Petro Arjilona. Mengingat pengaruh buku "At-Tashrif” ini sangat besar di Eropa bagi para ahli bedah secara umum dan bagi para ahli bedah Itali dan Prancis secara khusus, maka mereka menempatkan Az-Zahrawi sejajar dengan Gelenus. Bahkan kita menjumpai seorang ahli bedah Prancis, Guy De Chauliac, pada abad keempat belas Masehi memberikan pengakuan lebih dari seratus kali terhadap buku "At-Tashrif” dalam bukunya "Al-Jarahah Al-Kabirah." Terjemahan buku "At- Tashrif " ke dalam bahasa Latin telah dicetak perjilid secara terpisah dan diterbitkan pada tahun 1471 hingga tahun 1566, tanpa dicetak secara sempurna dalam satu waktu.
Penyuntingan pertama yang dilakukan pada buku “At-Tashrif” di Barat diterbitkan di Oxford Inggris pada tahun 1778 M. Adapun penyuntingnya adalah John Chaning. Buku yang telah diterjemah ke dalam bahasa Latin ini tidak detil dan kurang teliti karena penyunting sendiri tidak berpengalaman di bidang kedokteran, dan hanya bersandar pada satu buku saja, yaitu buku "At-Tashrif," sehingga sangat menyulitkan kerja penyunting.
Pada tahun 1861, buku "At-Tashrif" diterbitkan dalam bahasa Prancis oleh Loison Luckier. Namun semua penerjemahan itu tidak membuat perhatian kepada buku "At-Tashrif" terputus begitu saja. Karena belakangan juga telah diterbitkan terjemah buku `At-Tashrif' dengan judul "Al-Jarahah" yang disusun oleh seorang orientals G.L. Lewis, bekerjasama dengan dokter M.S. Spink. Buku ini juga terdiri dari teks Arab dan terjemahannya dengan bahasa Inggris. Dalam menyunting buku ini, kedua ilmuwan ini merujuk kepada tujuh manuskrip, dua di antaranya tersimpan di Perpustakaan Bodlian Oxford University, empat manuskrip lainnya tersimpan di beberapa perpustakan Turki, dan manuskrip ketujuh tersimpan di kota Patna di wilayah Pyar India. Buku ini terbit sebanyak 850 halaman ukuran besar dan terdiri dari pengantar Az-Zahrawi dan bukunya "At-Tashrif."
Barangkali yang memotivasi kedua ilmuwan dan ahli bedah ini untuk mengembangkan ilmu kedokteran adalah perkataan Az-Zahrawi yang disampaikan dalam artikel ke-30, yang mana dia mengatakan kepada murid-muridnya,
"Wahai murid-muridku, ketika saya menulis buku ini yang merupakan bagian dari ilmu kedokteran secara sempurna dan saya menjelaskannya sejelas jelasnya, saya melihat penting bagi saya untuk menulisnya dengan tangan saya. Karena tulisan tangan lebih dihargai di negeri kita dan di masa kita, sehingga ilmunya dapat dipelajari walaupun pengaruhnya telah terputus, dan tersisa goresan-goresan ringan sebagaimana dalam buku-buku orang terdahulu. Buku-buku itu ditulis tangan, sehingga sedikit kemungkinan salahnya dan dapat dipelajari dengan baik. Dari saya belajar maknanya dan mengambil manfaatnya. Karena itu, saya menulis artikel-artikel ini dengan cara memberikan penjelasan sekalipun singkat. Saya menjelaskan tentang bentuk baru pemanasan dan berbagai peralatan lainnya yang difungsikan dengan tangan, karena itu akan memperjelas dan sesuai dengan apa yang diperlukan.
Di samping itu, karena pada masa kita tidak ada industri canggih, dan pembuatan alat kedokteran memerlukan waktu yang lama. Kemudian untuk mengetahui manfaat anggota badan, pergerakanya, tingkatannya, terputus dan terpisahnya, kita hendaknya mempelajari ilmu anatomi yang ditemukan oleh Gelenus. Demikian juga untuk mengetahui tulang, syaraf, urat dan jum-lahnya. Yang Mulia Abu Qarrath mengatakan, "Sesungguhnya orang yang menyandang gelar dokter itu banyak, akan tetapi dokter sebenarnya sedikit, apalagi dokter yang juga aktif menulis."
Kami perlu menyebutkan hal ini dalam pengantar buku ini, karena apabila seorang dokter tidak menguasai ilmu anatomi, maka ia akan melakukan kesalahan. Sebagaimana saya menyaksikan banyak orang mengaku berilmu padahal sebenarnya tidak berilmu. Karena itu, ketahuilah bahwa tulisan tangan itu ada dua macam; yang dijamin benar dan tidak salah pada kebanyakannya."
2. Kitab Al-Maqalah fi Amal Al-Yad Ala Fanni Al-Jarahah.
3. Kitab A'mar Al-Aqaqir yang di dalamnya terdapat pembahasan khusus bagi setiap jenis obat termasuk sebab penamaannya, cara pembuatannya dan manfaatnya. Di dalamnya juga disebutkan nama-nama tumbuhan herbal dalam bahasa Suryani, Yunani, Persia dan Barbar.
Penemu Alat Bedah Modern
Selama separuh abad mendedikasikan dirinya untuk pengembangan ilmu kedokteran khususnya bedah, Al-Zahrawi telah menemukan puluhan alat bedah modern. Dalam kitab Al-Tasrif, ‘bapak ilmu bedah’ itu memperkenalkan lebih dari 200 alat bedah yang dimilikinya. Di antara ratusan koleksi alat bedah yang dipunyainya, ternyata banyak peralatan yang tak pernah digunakan ahli bedah sebelumnya.
Menurut catatan, selama karirnya Al-Zahrawi telah menemukan 26 peralatan bedah. Salah satu alat bedah yang ditemukan dan digunakan Al-Zahrawi adalah catgut. Alat yang digunakan untuk menjahit bagian dalam itu hingga kini masih digunakan ilmu bedah modern. Selain itu, juga menemukan forceps untuk mengangkat janin yang meninggal. Alat itu digambarkan dalam kitab Al-tasrif.
Dalam Al-Tasrif, Al-Zahrawi juga memperkenalkan penggunaan ligature (benang pengikat luka) untuk mengontrol pendarahan arteri. Jarum bedah ternyata juga ditemukan dan dipaparkan secara jelas dalam Al-Tasrif. Selain itu, Al-Zahrawi juga memperkenalkan sederet alat bedah lain hasil penemuannya.
Peralatan penting untuk bedah yang ditemukannya itu antara lain, pisau bedah (scalpel), curette, retractor, sendok bedah (surgical spoon), sound, pengait bedah (surgical hook), surgical rod, dan specula. Tak cuma itu, Al-Zahrawi juga menemukan peralatan bedah yang digunakan untuk memeriksa dalam uretra, alat untuk memindahkan benda asing dari tenggorokan serta alat untuk memeriksa telinga. Kontribusi Al-Zahrawi bagi dunia kedokteran khususnya bedah hingga kini tetap dikenang dunia.
Komentar Kepadanya
1. Seorang orientalis Barat, Jack Risler mengatakan dalam bukunya "Al-Hadharah Al-Gharbiyyah,": "Seorang ahli bedah terkemuka, yaitu Abu Al-Qasim Az-Zahrawi, dokter pribadi Khalifah Abdurrahman III, menjelaskan tentang ilmu bedah. Dia telah menemukan cara-cara baru dalam bidang bedah. Keberhasilannya dalam hal itu telah melampaui batas negerinya, Spanyol Islam. Semua orang dari dunia Kristen pergi ke Qordova untuk belajar cara membedah. Abu Al-Qasim Az-Zahrawi mempraktikkan dua cara; membuat benang buatan untuk menahan keluarnya darah, dan membedah mata, kemudian mengeluarkan cairan berwarna biru (glaukoma) dari mata, enam abad sebelum dilakukan oleh Amperoz Barry. Dia mengetahui dengan pasti penyakit yang disebut dengan pengeroposan tulang belakang. Dalam hal ini, seorang ahli bedah Prancis, Emil Frong, mengatakan, "Dia memiliki keistimewaan dalam mengatasi semua permasalahan bedah pada masanya, dan bukunya "At-Tashrif liman Ajiza Anit Ta'lif" yang diterbitkan sebanyak 200 eksemplar merupakan buku pertama yang ditulis dalam ilmu bedah."
2. Seorang ilmuwan wanita berkebangsaan Jerman, Dr. Zigrid Hunke mengatakan, "Az-Zahrawi adalah orang yang pertama kali menemukan cara untuk menghentikan darah yang keluar dari pembuluh nadi. Akan tetapi yang sangat disayangkan, ketika anda bertanya kepada seorang mahasiswa kedokteran tentang orang yang pertama kali menemukan cara menghentikan dari pada pembuluh nadi, dia akan menjawab seorang ahli bedah Prancis bernama Amperoz Barry."
3. Seorang ilmuwan fisiologi, Heller mengatakan, "Buku Abu Al-Qasim merupakan sumber rujukan umum bagi semua ahli bedah setelah abad keempat belas Masehi."
4. Guru besar di bidang bedah dan anatomi di Universitas Yado, Italia, Fabricus Ab Aquapendente mengatakan, "Saya berhutang jasa dalam belajar ilmu kedokteran kepada para dokter, seperti; Salisos yang berasal dari Romawi, Paulis dari Yunani, dan Abu Al-Qasim Az-Zahrawi dari Arab."
5. Sejarawan, George Sarton mengatakan: "Az-Zahrawi merupakan ahli bedah terbesar dalam Islam."
6. Dr. Najib Mahfudz, seorang guru besar pada fakultas kedokteran di Mesir mengatakan, "Az-Zahrawi adalah ahli bedah kebanggaan Arab."
7. Dr. Musthofa Syahatah, mengatakan dalam makalahnya "Al-Khanjarah waAmradhuha fi Ath-Thibbil Islam,", "Ketika kedokteran Islam telah maju, maka ilmu bedah yang dipelopori oleh Abu Al-Qasim Az-Zahrawi di Andaluis pada abad kesepuluh Masehi juga maju. Pada saat itu, Eropa tidak sedikit pun tahu tentang ilmu bedah. Adapun dikesampingkannya ilmu bedah di sekolah kedokteran Monbili Prancis, karena praktik bedah dilarang oleh gereja pada abad ketujuh belas. Maka ketika dokter Prancis, La Frank membaca buku Az-Zahrawi, dia merasa kagum dan menyadari kebdohan para dokter Prancis, lalu dia mengungkapkan dengan tulisannya tentang kebodohan dan, keterbelakangan para dokter Prancis. Dia mengatakan, tidak ada satupun di Prancis ahli bedah yang ilmuwan dan memiliki suatu penemuan."
8. Dr. Amin Khairullah mengatakan dalam bukunya "Ath-Thibb Al-Arabi" tentang buku "Ath-Tashrif," "Orang yang membaca buku Az-Zahrawi akan yakin bahwa penjelasannya yang detil tentang berbagai pengobatan medis bukan hanya sekedar uraian teoritis belaka."
Penghargaan
Kehebatan dan profesionalitas Al- Zahrawi sebagai seorang ahli bedah diakui para dokter di Eropa. ‘’Tak diragukan lagi, Al-Zahrawi adalah kepala dari seluruh ahli bedah,’‘ ucap Pietro Argallata. Kitab Al- Tasrif yang ditulisnya lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard of Cremona pada abad ke-12 M. Kitab itu juga dilengkapi dengan ilustrasi. Kitab itu menjadi rujukan dan buku resmi sekolah kedokteran dan para dokter sera ahli bedah Eropa selama lima abad lamanya pada periode abad pertengahan.
Sosok dan pemikiran Al-Zahrawi begitu dikagumi para dokter serta mahasiswa kedokteran di Eropa. Pada abad ke-14 M, seorang ahli bedah Prancis bernama Guy de Chauliac mengutip Al-Tasrif hampir lebih dari 200 kali. Kitab Al-Tasrif terus menjadi pegangan para dokter di Eropa hingga terciptanya era Renaissance. Hingga abad ke- 16 M, ahli bedah berkebangsaan Prancis , Jaques Delechamps (1513 M – 1588 M) masih menjadikan Al-Tasrif sebagai rujukan.
Al-Zahrawi tutup usia di kota Cordoba pada tahun 1013 M – dua tahun setelah tanah kelahirannya dijarah dan dihancurkan. Meski Corboba kini bukan lagi menjadi kota bagi umat Islam, namun namanya masih diabadikan menjadi nama jalan kehormatan yakni ‘Calle Albucasis’. Di jalan itu terdapat rumah nomor 6 yakni rumah tempat Al-Zahrawi tinggal. Kini rumah itu menjadi cagar budaya yang dilindungi Badan Kepariwisataan Spanyol.
Ref: Biografi Ilmuwan Muslim