Akhlak Mujahidin Suriah (Bagian 2)

Akhlak Mujahidin Suriah (2)

Berita perselisihan mujahidin menjadi pembicaraan hangat di dunia maya. Namun kisah ini mungkin bisa menjadi berita penyeimbang tentang persatuan di antara mereka. Cerita ini bermula dari Sarmin, sebuah daerah di Provinsi Idlib, Suriah.

Di wilayah ini, ada sebuah pemandangan yang menarik melihat hampir antara satu katibah dengan katibah lainnya tidak memiliki jarak sama sekali. Jika seorang mujahid sakit, maka mujahidin lainnya memberikan bantuan.

Jika mujahid lainnya syahid, maka mujahidin lainnya berlomba-lomba meringankan beban keluarganya. Dan itu dilakukan mereka meskipun berasal dari faksi berbeda.

“Maka kami sengaja mengajak kalian ke sini untuk membuktikan bahwa tidak ada perpecahan di antara kami,” kata Abu Hassan mujahid dari Liwa Hittin, kepada kami, tim Jurnalis Islam Bersatu (JITU).

Persatuan inilah yang membuat Rezim Bashar Assad hingga sekarang gagal menguasai Sarmin. Mereka boleh memiliki persenjataan lengkap, namun kekuatan ukhuwah mujahidin menjadi benteng kokoh dalam menahan gempuran tentara Suriah.

Maka Rezim terus memutar otak untuk memukul mundur mujahidin. Mereka bertekad Sarmin harus jatuh ke tangan Bashar. Untuk itu, mereka menggulirkan ide untuk melakukan serangan secara tiba-tiba. Ini benar-benar mereka lakukan sekitar tiga bulan lalu.

Saat itu, tanpa sepengetahuan mujahidin, tentara Rezim Bashar al Assad mendadak melakukan serangan. Dengan tank, panser, seribu tentara Bashar mengepung Sarmin.

Menghadapi serangan ini, para mujahidin segera merapatkan barisan untuk menyusun kekuatan. Tua, muda, senior, junior, ulama, dan pejuang dari berbagai faksi bersatu di bawah satu komando perlawanan.

Mereka menamakan operasi ini dengan nama Ma’rokah Mukhlisin atau perang orang-orang yang ikhlas.

“Dinamakan demikian karena operasi ini terdiri dari banyak katibah. Dan mereka meninggalkan identitas katibah masing-masing hanya untuk bersatu melakukan perlawanan,” ujar seorang mujahid.

Perang meletus. Jual beli tembakan memecah keheningan Sarmin. Muntahan proyektil Rezim dibalas dengan tembakan jitu pejuang. Kepulan asap membelah langit Sarmin. Ma’rokah Mukhlisin menjadi saksi keberanian umat Islam untuk berjihad menegakkan kalimat Allah.

Dalam pertempuran itu, seorang mujahidin bernama Syaikh Musthafa, syahid terkena tembakan. Mengetahui seorang anggotanya syahid, puluhan Mujahidin lainnya berlomba-lomba untuk menyelamatkan tubuh Asy-Syahid, meski nyawa menjadi taruhan mereka.

Kenapa mereka rela mengobarkan nyawanya demi satu jenazah? Karena mereka tidak rela wibawa seorang mujahid dihinakan oleh Rezim. Dari mulai memenggal kepala jenazah mujahidin hingga merobek-robek tubuhnya. Bahwa persatuan menjadi satu-satunya alasan bagi mereka tanpa memandang mereka dari katibah mana.

Dan siapakah regu penyelamat Asy-Syahid Syaikh Musthafa? Mereka adalah para mujahid dari katibah yang berbeda dengan Syaikh Musthafa. Kecintaan mereka atas persatuan Mujahidin membuat regu penyelamat bergerak sampai mendekati tubuh Asy-Syahid. Dan, seketika itu, sniper Bashar menembak mereka. Tiga orang penyelamat itu akhirnya syahid menjemput Asy Syahid Syaikh Musthafa.

Dalam pertempuran ini, 140 tentara rezim dikabarkan tewas. Sedangkan 25 pejuang syahid, In syaa Allah. Tentara Bashar berhasil dikalahkan, beberapa di antara mereka ditawan. Dan Sarmin masih berada dipelukan mujahidin. Hingga saat ini.

“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu  maka kamu menjadi bersaudara sedangkan kamu diatas tepi jurang api neraka , maka Allah mendamaikan antara hati kamu. Demikianlah Allah menjelaskan ayat ayatnya  agar kamu mendapat petunjuk” (QS Ali Imran:103).

Insya'Allah [Bersambung]
Penulis adalah Wartawan JITU untuk Liputan Krisis Suriah dan  Redaktur Pelaksana Islampos.com

BAGIKAN KE ORANG TERDEKAT ANDA
ONE SHARE ONE CARE

Sekilas tentang penulis : Aksara Tanpa makna

Dakwah Islam, Kebenaran Islam, Islam Toleran